Antropos Indonesia menggelar kegiatan Seminar Literasi Maritim di Perumahan Dosen Unhas pada Rabu (30/10). Seminar yang didukung oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ini bertujuan mengeksplor pengetahuan dunia maritim.
Prof Dr Munsi Lampe MA hadir sebagai pemateri pertama. Munsi menjelaskan bahwa laut adalah halaman depan bagi orang-orang maritim, khususnya bagi orang Makassar yang dikenal sebagai pelaut. Ia menegaskan bahwa halaman depan merupakan tempat untuk bertemu, bermain, bahkan sebagai tempat mencari nafkah.
“Masyarakat maritim Makassar melihat laut sebagai halaman depan tempat pertemuan, interaksi sosial, dan mata pencaharian,” ungkapnya.
Ia juga menerangkan bahwa bagi masyarakat maritim, laut adalah sumber kehidupan yang kaya akan potensi dan sumber daya sekaligus menjadi pusat interaksi dan peluang bersama. Munsi juga menyoroti pentingnya laut sebagai sumber air yang menjadi inti ekosistem kehidupan di darat, termasuk tumbuhan dan hewan.
Guru besar antropologi maritim itu juga mengenang pengalaman eksplorasinya di Pulau Sembilan dan Perairan Spermonde yang menjadi saksi nyata kekayaan budaya maritim di Indonesia. Menurutnya, negara-negara dengan budaya maritim, seperti Norwegia telah mengakui laut sebagai jalan menuju dunia sejak lama.
Mengingat luas permukaan bumi yang didominasi oleh lautan, Munsi menegaskan bahwa pemahaman atas laut menjadi kunci penting bagi kemajuan suatu bangsa. Ia berharap Indonesia terus mengembangkan potensi laut untuk mendukung pembangunan maritim yang tangguh, sebagaimana visi pembangunan maritim nasional yang tengah diupayakan.
Muh Fadhel Perdana