Tak lekang oleh waktu adalah peribahasa yang menggambarkan guru besar dari Fakultas Pertanian (Faperta) Unhas ini, Prof Dr Ir H Badron Zakaria MS sepanjang hidupnya ia didedikasikan untuk mengajar.
Saat menempuh pendidikan, segudang prestasi Badron raih, dari predikat Cum Laude menjadikannya wisudawan terbaik program Doktor Unhas tahun 1999, mendapat penghargaan peneliti terbaik tahun 1998 dari Kemendikbud RI, menerima hak paten bidang pertanian tahun 1999.
Di samping itu, pernah menjabat sebagai Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Unhas selama dua periode. Ketua Senat Faperta tahun 1966 – 1968 dan aktif dalam lembaga Ikatan Alumni (IKA) Unhas.
Selain mendorong dosen muda Unhas melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat. Ia pun memberikan contoh dengan capaiannya meneliti kopi kalosi, salah satu kopi arabika terbaik asal Enrekang, ia menekankan riset untuk mengembangkan dan mempelajari sifat-sifat kopi ini.
Salah satu guru besar Faperta sekaligus mahasiswa Prof Badron kala jadi dosen, yakni Prof Dr Ir H Ambo Ala MS menceritakan semasa hidupnya, suami dari Hasnun Farida terkenal sangat disiplin, cerdas, loyal dan bersahabat.
Ambo mengatakan, awal pertama bersua saat dosen agronomi ini memintanya menjadi asisten mengajar, tahun 1977. Pertemuan empat puluh tiga tahun silam, berlanjut menjadi pertemanan sampai sekarang. Tak luput pula, jasa Prof Badron terekam dalam memori sang sahabat.
“Saat menjabat posisi penting, ia membuka kerja sama dengan instansi lain, pemerintah maupun swasta,” ucap Ambo Ala.
“Ia adalah dosen senior, sehingga pendekatannya kepada mahasiswa, kepeduliannya, dan kedisiplinannya menjadi dosen, patut untuk ditiru,” lanjutnya lagi.
Kedekatan duanya tercipta saat Ambo Ala menjadi asisten mengajarnya tahun 1977. Badron Zakaria juga membantu mempersiapkan keperluan kuliah Ambo Ala di Bogor. “Dengan mengizinkan tinggal sementara di rumahnya kala itu,” kenangnya.
Melanjutkan cerita, saat Ambo Ala menyelesaikan studinya tahun 1988, ia langsung menjadi dosen di Faperta Unhas. Hal ini menjadi kisah yang tidak akan dilupakan oleh Ambo Ala. “Dia sangat baik, peduli, suka membantu orang, baik materi maupun tenaga. Kepeduliannya besar kepada teman dan juniornya,” terang Ambo Ala.
Salah satu Alumni Faperta, Mani Kamisa menuturkan kinerja Prof Badron saat mengajar memang baik, ia suka bercanda dengan mahasiswa, ramah dan bersahabat. “Mengajar santai tapi serius, tidak menekan mahasiswanya jadinya kami aktif bertanya,” kata Mani.
Tak hanya menjadi panutan di lingkungan akademik, keluarga pun melihat Badron sosok bijaksana, sederhana, low profile, dan peduli.
“Paling suka berbagi ke sesama terutama orang tidak mampu di sekitar rumah. Selain itu, sangat menentang orang kurang disiplin atau yang sering menunda sholat,” jelas salah satu anak Badron Zakaria, Rifaika.
Tak hanya di Kampus Merah, ayah dari Rivaldi, Zaiful, Yulfiantri, dan Rifaika ini aktif mengajar juga di program magister pertanian Universitas Islam Makassar dan pencetus pembukaan Program Magister Pertanian Politeknik Negeri Pangkep.
“Ia turut membina universitas 45, menjadi pengurus Perhimpunan Agronomi Sulsel, Tenaga Ahli Dinas Perkebunan Sulsel, Tenaga Ahli di Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sulsel,” tambah Rifaika.
Kepergiannya menjadi kehilangan besar bagi civitas akademika Unhas, khususnya keluarga besar Faperta. Serangan jantung mengakhir hidupnya pada 28 Januari lalu. Namun tak dipungkiri dedikasinya pada pendidikan selalu abadi. Semangat mengabdian dan pikiran-pikirannya sampai usia lanjut untuk pendidikan patut dikenang.
Oktafialni Rumengan