Minggu, 14 Desember 2025
  • Login
No Result
View All Result
identitas
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah
No Result
View All Result
identitas
No Result
View All Result
Home Ipteks

Bagaimana Mikroplastik Menjadi Ancaman Bagi Kesehatan Manusia?

12 Juni 2023
in Ipteks
Bagaimana Mikroplastik Menjadi Ancaman Bagi Kesehatan Manusia?

Bagaiamana mikroplastik membahayakan jika dikonsumsi. Ilustrasi: Nurul Hikma/IDENTITAS.

Editor Nurul Hikma

Saat ini, sampah plastik telah menjadi isu global. Sampah plastik yang menumpuk menjadi ancaman terbesar bagi lingkungan, salah satunya mengganggu ekosistem laut. Sampah plastik ini banyak menyita perhatian karena didalamnya mengandung mikroplastik yang berpotensi menjadi racun sistem imun serta memicu pertumbuhan sel kanker dan penyakit berbahaya lainnya. 

Kecenderungan beberapa orang yang tidak bertanggung jawab membuang limbah sampah di laut menyebabkan hewan laut turut terdampak dengan mengkonsumsi mikroplastik, termasuk biota laut yang kerap dikonsumsi manusia. 

BacaJuga

Strategi Komunikasi Politik Etnis Minoritas di Sulawesi Barat

EKG Portabel: Inovasi Kompatibel untuk Dunia Kesehatan

Namun tahukah anda? Ketika mikroplastik ini masuk ke dalam sistem pencernaan, dampaknya sangat berbahaya bagi kesehatan. Berangkat dari hal tersebut, Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Dr Anwar Daud SKM MKes beserta ketiga anggotanya, Agus Birawida, Nurlia Sila, dan Asniati melakukan sebuah penelitian untuk mengetahui sejauh mana masyarakat mengonsumsi hewan laut, yaitu ikan dan kerang yang telah terkontaminasi mikroplastik.

Plastik sendiri umumnya terbentuk dari enam bahan yaitu polimer polietena, polipropilen, polivinil klorida, polistirena, dan polietena tereftalat. Polimer-polimer inilah yang menjadi bagian dari mikroplastik yang sangat tahan terhadap kerusakan, tetapi berbahaya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan Human Health Risk Assesment (HHRA) untuk melihat seberapa besar resiko mikroplastik yang ditimbulkan pada kesehatan masyarakat dalam mengonsumsi ikan dan kerang di pesisir pantai. 

“Pada langkah awal kami mengukur antropomentri atau ukuran tubuh manusia seperti berat badan, umur, dan berapa lama mereka mengonsumsi kerang-kerangan,” tutur Prof Anwar saat diwawancarai, Senin (20/3).

Kemudian, mengidentifikasi bahaya apa saja yang ditimbulkan dari mikroplastik yang menyebabkan gangguan kesehatan jika tubuh terkontaminasi. Setelah identifikasi, menentukan dosis respon yakni membandingkan populasi yang terpapar dalam interval waktu dan pemaparan tertentu  untuk menentukan risiko yang masuk ke tubuh manusia.

Penelitian ini juga menjelaskan mekanisme perubahan dalam gejala atau efek kesehatan yang terjadi karena peningkatan konsentrasi yang masuk ke dalam tubuh.

Pengambilan data menggunakan sampel manusia yang terdiri dari 30 orang dan sampel lingkungan sebanyak 20 ekor ikan dan 20 kerang laut menurut jenis kerang yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Desa Pa’lalakkang, Kabupaten Takalar.

“Kami memilih Kabupaten Takalar karena wilayahnya berada di pesisir pantai. Otomatis masyarakat setempat gemar mengonsumsi kerang-kerangan. Jadi kami rasa tempat ini cocok untuk dijadikan sampel penelitian,” ujar Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat tersebut.

Berdasarkan analisis data yang dilakukan menunjukkan bahwa rata-rata konsentrasi mikroplastik yang terkandung pada kerang adalah 2,01 mg/kg dan untuk rata-rata mikroplastik yang ditemukan pada ikan adalah 0,01 ± 0,008 butir/g atau 10 ± 8 butir/kg. 

Setelah dikaji, didapatkan rata-rata frekuensi paparan orang yang mengkonsumsi ikan adalah 190 hari/tahun. Dalam hal ini, tingkat risiko dikatakan berisiko jika ditunjukkan dengan level of risk (RQ) 1. Untuk rata-rata tingkat risiko paparan pada ikan adalah RQ 0,02 1 yang dapat dikatakan No Risk (tidak ada risiko). 

Pada kerang menunjukkan bahwa tingkat risiko (RQ) rata-rata konsumsi kerang yang mengandung mikroplastik dengan menggunakan lama pemaparan (Dt) 30 tahun, lebih sedikit dari 1 (RQ < 1). Artinya, kerang juga masih aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat di daerah pesisir.

Meskipun masih belum tergolong tinggi, mengonsumsi ikan dan kerang diperlukan perhatian yang serius. Ada baiknya untuk diminimalisir karena jika dikonsumsi secara terus menerus akan lebih berbahaya bagi tubuh. Juga yang menjadi masalah adalah didalam mikroplastik terdapat nanoplastik yang ukurannya lebih kecil. Namun karena keterbatasan harga alat yang tinggi sehingga penelitian ini hanya berfokus pada mikroplastik nya saja. 

Analisis untuk penelitian ini memakan waktu tiga bulan lebih. Prof Anwar mengungkapkan, saat ini penelitiannya yang masih berjalan adalah bagaimana teknik mengeluarkan mikroplastik dari kerang  atau remediasi.

“Penelitian selanjutnya kami ingin melihat dan mengkaji lagi penyakit apa saja yang berkaitan dengan mikroplastik ini,” ungkapnya

Sebenarnya, timbulnya mikroplastik ini tidak hanya berasal dari limbah plastik saja. Beberapa barang sehari-hari seperti perabot, alat pembersih, alat elektronik dan lain-lain dominan terbuat dari plastik. Tingginya minat penggunaan plastik ini dikarenakan pemakaian dan harga yang terjangkau serta memiliki material yang kuat, ringan, dan lembut. 

Mengenai sampah plastik sendiri, diharapkan adanya kesadaran dari masyarakat untuk mengurangi pembuangan sampah utamanya sampah plastik ke laut. 

Di akhir wawancara, Prof Anwar berpesan agar penelitian tentang mikroplastik ini jangkauannya bisa dilakukan lebih luas. 

“Jadi analisisnya tidak hanya di pesisir Sulawesi Selatan saja. Karena banyak masyarakat di Indonesia yang tinggal di daerah pesisir terutama daerah penghasil ikan, jadi perlu diteliti lebih luas,” tutupnya.

Nabila Rifqah Awaluddin

 

ShareTweetSendShareShare
Previous Post

Konsep Hidup Minimalis, Sebuah Seni Merelakan Barang

Next Post

Pendampingan Grand Issue HLSC Unhas Ulas Implementasi UU TPKS 

Discussion about this post

TRENDING

Liputan Khusus

Ketika Kata Tak Sampai, Tembok Jadi Suara

Membaca Suara Mahasiswa dari Tembok

Eksibisionisme Hantui Ruang Belajar

Peran Kampus Cegah Eksibisionisme

Jantung Intelektual yang Termakan Usia

Di Balik Cerita Kehadiran Bank Unhas

ADVERTISEMENT
Tweets by @IdentitasUnhas
Ikuti kami di:
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube
  • Dailymotion
  • Disclaimer
  • Kirimkan Karyamu
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
© 2025 - identitas Unhas
Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah

Copyright © 2012 - 2024, identitas Unhas - by Rumah Host.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In