Generasi Z (Gen Z) yang lahir di kisaran 1995 hingga 2010, didominasi oleh pelajar, mahasiswa dan pekerja dimana rentan usia terkena stres karena permasalahan akademik, krisis identitas dan rasa cemas yang berlebihan.
Salah satunya disebabkan oleh faktor lingkungan, terkhusus keadaan yang ada pada perkotaan. Situasi yang dihadapi seperti kemacetan, suhu udara yang pengap, suara bising, keamanan yang tidak terlindungi dan ruang gerak yang dibatasi dapat meningkatkan rasa stres.
Cara gen Z meringankan stres dengan mengunjungi pantai, mall ataupun kafe. Namun tempat tersebut memiliki kekurangan karena membutuhkan biaya yang lebih mahal, serta beberapa suasana yang tidak sesuai dengan keinginan.
Mentaktisi hal tersebut, sarana lain dalam meringankan stres dengan kerap dilakukan dengan mengunjungi Ruang Terbuka Hijau (RTH), selain mudah diakses juga tidak membutuhkan biaya.
Karakteristik Generasi Z yang lebih rentan terhadap stress karena kondisi lingkungan, membuat adanya RTH menjadi solusi yang tepat.
Solusi tersebut menarik perhatian tim penelitian yang diketuai oleh Mahasiswa Fakultas Teknik, Ahmad Fauzan Khabir, untuk menelusuri bagaimana pengaruh RTH dalam meringankan stres gen Z, seperti apa faktor yang mendukung RTH sebagai sarana meringankan stres, dan merumuskan arahan pengembangan RTH khususnya di kota Makassar.
Ruang Terbuka Hijau merupakan jalur dalam wilayah yang penggunaannya bersifat terbuka. Dikatakan ‘hijau’ karena RTH menjadi tempat tumbuh tanaman baik secara alamiah ataupun sengaja untuk ditanami.
Tidak hanya memiliki peranan dalam meringankan stres, RTH menjadi penyangga ekologis sebagai paru-paru kota, produsen oksigen, penyerap air hujan dan penyerap polutan di perkotaan.
Kaitannya dengan stres, dimana kerap menjadi pengaruh negatif bagi sebagian produktivitas orang-orang. “Stres sebenarnya bukan gangguan kesehatan mental, tapi saat stres ini sudah mencapai ambang negatifnya akan menyebabkan gangguan kesehatan lain. Jadi perlu untuk diperhatikan,” jelas Fauzan, Rabu (12/10).
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dilakukan survei pada 80 orang responden berisi pertanyaan pengaruh RTH dalam meringankan stres, dan faktor-faktor apa saja yang mendukung RTH meringankan stres.
“Kami mengambil sampel Gen Z yang tinggal di kota Makassar dan pernah atau sering mengunjungi salah satu RTH,” ungkap Fauzan.
Setelah mengumpulkan data melalui kuesioner, ia merangkum bahwa RTH meringankan stres karena kemudahan akses, keragaman vegetasi, fasilitas memberikan energi spiritual, dan kondisi taman yang menenangkan.
“RTH dalam hal ini taman kota yang dikunjungi oleh gen Z ini sesuai dengan aspek-aspek healing environment, bahwa taman digunakan dapat meringankan stres,” tambah Fuzan.
Penelitian ini mengungkapkan faktor-faktor apa saja yang menjadikan RTH meringankan stres bagi gen Z yaitu desain taman, keragaman vegetasi, kemudahan akses, ketenangan, fasilitas RTH memberikan energi spiritual, kondisi pencahayaan, dan aroma yang menenangkan.
Selain itu dari hasil observasi sembilan taman di kota Makassar, ditemukan beberapa masalah seperti fasilitas yang belum memadai seperti bangku taman, penunjang dalam healing environment, wifi.
“Masih ada fasilitas yang belum tercukupi dalam healing environment kurangnya tempat duduk, dan tempat penunjang untuk zona meditasi,” ujar Fauzan.
Penelitian ini memberikan arah pengembangan RTH publik untuk meringankan stres berupa pengembangan fasilitas utama dan penunjang, serta pembagian zona pada taman.
Pembagian zona ini dibedakan menjadi dua yaitu, zona interaksi yang ditujukan untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan interaksi sosial, dan zona meditasi sebagai tempat melakukan kegiatan berkaitan dengan ketenangan, lebih menyendiri dan fokus.
Fauzan menjelaskan, “Ada orang yang cara mengurangi stresnya itu dengan melakukan olahraga dan bersosialisasi ini yang dimaksud dengan zona interaksi pada taman, tapi ada juga mengurangi stres dengan cara menyendiri maka dibutuhkan zona meditasi,” jelasnya.
Lebih lanjut, arah pengembangan yang diberikan penelitian ini didasari oleh arsitektur organik yaitu dengan penerapan berupa penambahan vegetasi, penggunaan material dan kombinasi warna taman dengan menggunakan warna hijau dan biru.
Selain itu, penelitian ini memberikan rekomendasi untuk pemerintah kota Makassar dalam menyempurnakan sarana dan prasarana RTH kota makassar dan dapat menggunakan penelitian ini untuk menjadi arah kebijakan terkait RTH Publik yaitu taman kota tematik.
“Saya berharap semoga nantinya penelitian ini di notice dan ada kesempatan untuk kami dapat mensosialisasikan arah pengembangan kepada Pemerintah kota Makassar,” tutup Mahasiswa Perencanaan Wilayah Kota itu.
Nur Alya Azzahra