Dalam rangka Dies Natalis ke-48, Penerbitan Kampus (PK) identitas Universitas Hasanuddin (Unhas) mengadakan Bazar dan Diskusi. Bertemakan “Alternatif Pergerakan Mahasiswa di Era Digital,” kegiatan berlangsung di Han’s Cafe, Sabtu (5/11).
Diskusi yang dipandu Anggota identitas Unhas, Zidan Patrio tersebut menghadirkan Ketua Umum Senat Mahasiswa (Sema) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unhas periode 2022, Andi Taufik Ismail sebagai pemateri.
Pada kesempatannya, lelaki yang kerap disapa Icing itu berpendapat, mahasiswa bukanlah agent of change yang sebenarnya, melainkan hanya pemantik. Agent of change yang sebenarnya adalah masyarakat dari kelas pekerja atau masyarakat umum, sebab basis kehidupan adalah ekonomi dan mereka dapat mengancam pemerintah melalui basis ini.
Mahasiswa Jurusan Akuntansi Unhas itu juga menjelaskan, terdapat tiga poin penting yang dilakukan terkait gerakan mahasiswa. Pertama, menyadari posisi. Kedua, dapat melihat kesinambungan dari akar permasalahan. Ketiga, memanfaatkan perkembangan era digital sebagai strategi, bukan tujuan.
“Sekarang gerakan mahasiswa hanya mementingkan membangun gerakan, tapi yang kurang dari hal ini adalah apa tujuannya,” ucap Icing.
Ia menambahkan, jangan menjadikan teknologi sebagai tujuan. Tujuan yang sebenarnya adalah perubahan yang signifikan. “Jangan seperti gerakan-gerakan tagar di media sosial yang tujuannya seakan-akan tercapai ketika tagar tersebut trending,” tuturnya.
Lebih lanjut, Icing menambahkan, mahasiswa era sekarang cenderung merupakan aktivis yang malas (slacktivism). Bentuk-bentuk slacktivism yaitu, sekadar membagikan dukungannya melalui aktivitas online—clicktivism, membagikan isu seakan berpartisipasi dalam gerakan padahal hanya di situasi imajiner—participant beginner, dan memberi sumbangan produk.
Nurul Fahmi Bandang