Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin (FIKP Unhas) mengadakan diskusi yang dihadiri berbagai kalangan, di Ruang Senat FIKP Unhas, Senin (06/01). Berbagai kalangan tersebut antara lain, pihak pemerintah, akademisi, pengusaha dan masyarakat yang mempengaruhi sektor kelautan dan perikanan Indonesia.
Diskusi tersebut dipandu Dosen FIKP Unhas, Ir Iqbal Djawad Mc Ph D dengan tema “Outlook Kelautan dan Perikanan Indonesia 2025”. Adapun yang menjadi pemantik yaitu Mantan Dosen FIKP yang sekarang menjadi anggota partai, Ir Bachrianto Bachtiar M Sc dan Dosen FIKP Unhas, Dr Ir Muh Rijal Idrus M Sc.
Sekitar pukul 10.00 Wita, Anto, sapaan akrabnya dipersilahkan untuk berbicara dan membahas mengenai potensi kelautan dan perikanan Indonesia. Menurutnya, potensi laut Indonesia sangat besar, tetapi anggaran yang diberikan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan tidak cukup untuk mengelolanya secara maksimal.
“Dana kita beda jauh dari Kementerian Pertanian. Potensi untuk mengurus laut jauh lebih mahal dan sulit dibanding darat,” ucapnya.
Pada kesempatan yang sama, Rijal juga mengemukakan pengetahuannya. Ia mengatakan, Indonesia menempati posisi kedua ekspor terbesar di dunia dan bersaing dengan Thailand. Namun, jika dilihat dari segi nilai, Indonesia menempati posisi ke-14, sebanyak enam miliar.
“Eksprotir nomor dua di dunia, kita bersaing dengan Thailand, sedangkan dari segi nilai produksi kita ada di nomor 14,” paparnya.
Setelah pemaparan dari kedua pemantik tersebut, Iqbal kemudian membuka sesi diskusi. Dalam diskusi itu, ia mengemukakan pertanyaan mengenai kemungkinan Indonesia menaikan nilai produksi kelautan dan perikanan yang hanya enam miliar menjadi 60 miliar.
Berbagai masukkan pun dilontarkan, mulai dari Kepala Balai Besar Karantina Ikan Pengadilan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Makassar, Ir Sitti Chadidjah M Si yang memaparkan data ekspor di kota Makassar.
Lalu tanggapan dari dosen-dosen perikanan yang sangat optimis dengan kekayaan laut yang dimiliki, pastinya bisa menambah nilai perikanan. Apa lagi kita memiliki udang windu dan lobster, sisa bagaimana semua kalangan bisa bekerja sama dalam mengembangkannya. Hal itu diucapkan oleh Prof Dr Jamaluddin Jompa M SC selaku guru besar FIKP Unhas.
“Kalau melihat potensi masih sangat besar. Ketika kita ingin meningkatkan nilai produktif dan membutuhkan modal, kita harus memiliki inovasi,” ucapnya.
Pemberian argumen dan pengetahuan terus berlangsung hingga sekitar pukul 12.00 Wita. Diskusi tersebut ditutup kembali oleh kedua pemantik. Dengan harapan ada diskusi lebih lanjut lagi untuk menyusun sebuah konsep dan pemikiran besar.
“Saya tunggu diskusi selajutnya. Kita memerlukan konsep dan pikiran besar,” harap Anto.
Santi Kartini