Prof Dr Harlina Sahib MHum dikukuhkan sebagai Guru Besar pada Rapat Senat Terbuka Senat Akademik (SA) Universitas Hasanuddin (Unhas) yang berlangsung di Ruang Rapat Senat Lantai 2 Gedung Rektorat Unhas, Selasa (12/11).
Menurut Guru Besar Bidang Linguistik Antropologi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) itu, bahasa, budaya dan pemikiran merupakan tiga aspek yang tidak dapat dipisahkan.
“Bahasa merupakan alat komunikasi untuk mengungkap budaya, pemikiran serta gagasan dari suatu suku bangsa,” jelasnya.
Harlina menjelaskan bahwa mempelajari bahasa berarti mempelajari nilai-nilai tradisi dan norma sosial dalam masyarakat. Ia juga menerangkan bahwa bahasa berfungsi untuk mengekspresikan perasaan, seperti yang terlihat dalam ucapan-ucapan pada ritual kematian suku Kajang.
Lebih lanjut, ia menuturkan bahwa teks berhubungan dengan ucapan, sedangkan koteks terkait dengan objek budaya dan aspek paralinguistik seperti kinesik (gerak tubuh), proksemik (jarak fisik), dan gestur.
“Sedangkan konteks berkaitan dengan keadaan atau situasi kapan bahasa itu digunakan,” imbuhnya.
Ia turut menyampaikan dalam orasi ilmiahnya yang berjudul “Relasi Bahasa, Budaya dan Pemikiran Masyarakat Kajang dalam Perspektif Linguistik Antropologi”, masyarakat Kajang cenderung memiliki kesamaan ideologi, yaitu pengetahuan dasar yang mencakup ide-ide, keyakinan, dan kepercayaan yang tersusun secara teratur.
Ismail Basri