Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (ISIPOL) Universitas Hasanuddin (Unhas) adakan dialog publik bertajuk “Membaca Ulang Makna Perjuangan: Kiprah Kader, Ruang Perempuan, dan Masa Depan Demokrasi Indonesia”. Agenda dilaksanakan di Gedung Ipteks Unhas, Rabu (19/11).
Kegiatan menghadirkan Sekretaris Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unhas, Endang Sari SIP MSi sebagai narasumber. Dalam kesempatannya, ia menyampaikan demokrasi merupakan satu-satunya sistem yang dapat memberikan kesetaraan ruang bagi semua orang.
“Demokrasi memiliki tiga esensi, yaitu persamaan, kesetaraan, dan keadilan,” ujarnya.
Di samping itu, Dosen FISIP Unhas itu mengutarakan, demokrasi menjadi sistem yang dapat memberikan ruang bagi kaum terpinggirkan. Menurutnya, kelompok ini memiliki perbedaan dari kaum mayoritas, seperti cara pandang, hidup, dan sebagainya.
“Demokrasi adalah sebuah ruang di mana semua suara harusnya bisa didengar,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Dosen Ilmu Politik Unhas itu menuturkan, kesalahan yang sampai sekarang masih ada bagi perempuan. Ia menjelaskan, terdapat banyak anak perempuan yang jarang menjadi prioritas.
“Kondisi ini tidak disadari, namun masih terjadi di zaman sekarang,” ungkapnya.
Di akhir, Endang menyatakan, sebelum terjadi efisiensi, sebagian besar anggaran dialokasikan untuk memfasilitasi hal-hal teknis. Di antaranya perjalanan dinas, studi banding, dan lain-lain.
Namun, biaya itu tidak memiliki prinsip dan perspektif untuk memprioritaskan kepada kebutuhan perempuan.
“Hampir tidak pernah ada kepala daerah yang benar-benar serius memperjuangkan APBD untuk mengalokasikan anggaran kesehatan yang memadai bagi pelayanan ibu hamil hingga proses melahirkan,” bebernya.
Fadhlil Azhim
