Saat ini banyak mahasiswa yang tidak begitu memahami esensi Penasehat Akademik (PA) di lingkungan perkuliahan. PA sendiri hadir sebagai penuntun mahasiswa dalam perencanaan kegiatan akademik, utamanya dalam pemilihan mata kuliah wajib atau pilihan. Selain itu, PA seyogyanya melayani konsultasi terhadap mahasiswa bimbingannya jika terkendala.
Akhir Mei 2012, identitas melaporkan beberapa fakultas Unhas pernah menerapkan sistem rotasi PA setiap semester atau setiap tahun. Karena dianggap kurang baik dalam mendukung perkembangan mahasiswa, sistem itu pun dihapuskan. Di mata mahasiswa, rotasi itu tidak ada apa-apanya sebab yang menjadi persoalan ialah fungsi PA itu sendiri.
Dari tahun ke tahun, mahasiswa sering kali mengeluh akan peran PA yang dinilai sekadar memberi tanda tangan persetujuan Kartu Rencana Studi (KRS). Bahkan tidak sedikit dosen PA yang sulit ditemui hanya untuk itu. Oleh karenanya, para dosen dianggap kurang menaruh perhatian kepada mahasiswa yang semestinya dituntun terhadap bidang studinya hingga tahap penyusunan tugas akhir.
Hal demikian kerap disuarakan mahasiswa. Seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) angkatan 2008 bercerita kepada identitas bahwa ada banyak temannya yang harus di-drop out (DO) namun tidak kunjung diperhatikan oleh masing-masing dosen PA-nya.
Di lain kesempatan, Prof Dr Ir Lellah Rahim MSc, Ketua Lembaga Kajian Pengembangan Pendidikan (LKPP) Unhas saat itu menerangkan Unhas berupaya mengoptimalkan peran PA seperti yang dikeluhkan mahasiswa. Hal ini dilakukan dengan melaksanakan evaluasi serta memperbaiki aturan akademik dalam Focus Group Discussion (FGD) pada September 2011.
Penyebab kurang maksimalnya peran PA pun diketahui dalam FGD tersebut. Salah satunya adalah penerapan sistem online yang belum mampu diikuti sebagian dosen yang melek digitalisasi. Tidak hanya itu, seorang Staf Bimbingan Konseling (BK) turut menyebutkan ketidakjelasan job description dan kurangnya apresiasi menjadi penyebab lainnya kinerja PA dianggap kurang oleh khalayak ramai.
Awal 2008, identitas kembali melaporkan bahwa dosen jurusan Ilmu Komunikasi, Drs Sudirman Karnay MSi menganggap mahasiswa sendiri yang cenderung memandang fungsi PA hanya saat masa pengisian KRS dan meminta tanda tangan persetujuan. Maka dari itu mereka kurang meminta saran atau masukan lainnya dari dosen seputar perkuliahan.
Membahas kurangnya kinerja PA, Wakil Dekan I Fakultas Peternakan (Fapet), Prof Ir Asmuddin Natsir MSc mengamini isu tersebut. Kesibukan dosen menjadi penghalang komunikasi efektif antara dua pihak. “Kami harapkan mahasiswa lebih aktif menghubungi PA-nya, karena kita sebagai PA tidak tahu masalah mahasiswa, indikator kami hanyalah IPK-nya,” ungkapnya, Rabu (09/05/2012).
Hal ini terus berputar dan tidak berhenti sampai sini saja. Minimnya perhatian PA juga kerap disandingkan dengan persoalan pembimbing skripsi. Di beberapa program studi Unhas, dosen PA diamanahkan sekaligus menjadi Pembimbing Skripsi mahasiswa yang telah ditentukan.
Sama halnya dengan anggapan Asmuddin, kesibukan dosen di dalam maupun luar kampus turut mempengaruhi irama langkah mahasiswa menuntaskan tugas akhir itu. Pada 2012, Wakil Rektor I Bidang Akademik Unhas, Prof Dr Dadang Suriamiharja memperingatkan para dosen untuk memberikan pelayanan akademik yang terbaik.
Tidak sekadar mengingatkan, Dadang juga memberi sedikit kritik agar para dosen yang telah dipercayakan membimbing penyusunan skripsi mahasiswa dapat meluangkan waktu untuk itu kemudian disesuaikan dengan mahasiswa terkait.
Menanggapi dosen yang memiliki peran lainnya, Dadang turut berujar agar fakultas mengambil tindakan untuk mengatur pembagian dosen pembimbing dan mahasiswa.
“Seharusnya sebelum memutuskan dosen pembimbing tugas akhir, pihak fakultas harus melihat apakah dosen yang dipilih tidak sedang dalam keadaan yang sangat sibuk yang mengharuskannya sering tidak berada di kampus, agar nantinya dosen dapat sering berkonsultasi dengan mahasiswa yang dibimbingnya,” harapnya.
Menghadapi dosen PA maupun Pembimbing Skripsi tentu saja memerlukan kesabaran dan perjuangan bagi mahasiswa. Berdiam atas sibuknya dosen hanya memperburuk keadaan. Alangkah baiknya jika kita tetap mengusahakan menghubungi dosen bersangkutan dengan sopan dan menjelaskan dengan tenang maksud dan tujuan kita.
Lantas, bagaimana pengalaman Sobat iden menghadapi PA dan Pembimbing Skripsi? Apa kalian juga sering di-ghosting oleh dosen terkait? Semoga balada yang meresahkan ini segera berakhir.
Nurul Fahmi Bandang