Mahasiswa KKN Tematik Gelombang 113 Universitas Hasanuddin (Unhas) mengadakan pembuatan tempat sampah terpisah untuk sampah organik dan anorganik yang berlangsung di pusat Desa Borisallo, Selasa (11/02).
Kegiatan ini di inisiasi atas kurangnya kesadaran masyarakat dan minimnya fasilitas tempat sampah sehingga berdampak untuk merusak pemandangan alam. Selain itu, hal tersebut juga berpotensi menimbulkan masalah kesehatan dan mengancam keberlanjutan lingkungan.
Oleh karena itu, mahasiswa KKN Program Studi Teknik Geologi Unhas, Jessika Indriana Tangke memutuskan untuk mengambil langkah konkret dengan membuat tempat sampah. Adapun bahan dasar yang digunakannya, yaitu ember cat bekas karena ketersediaannya yang melimpah dan mudah didapatkan.
Setiap ember dibagi menjadi dua jenis tempat sampah, yakni untuk organik dan anorganik dengan menggunakan label yang berbeda agar memudahkan masyarakat dalam memilah. Tempat sampah ini juga dilengkapi dengan dudukan dari kayu balok yang dirancang secara sederhana dan kokoh sehingga dapat ditempatkan dengan stabil di berbagai lokasi.
“Pembuatan tempat sampah di desa ini tidak hanya bertujuan untuk menyediakan wadah yang memadai, tetapi juga untuk mengubah pola pikir masyarakat agar lebih peduli terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan,” ungkap Jessika.
Desa yang selama ini sering kali menghadapi masalah sampah menumpuk dan tidak terkelola dengan baik, kini dapat merasakan manfaat dari adanya sarana untuk membantu menjaga kebersihan di sekitar masyarakat.
Pembuatan tempat sampah ini juga merupakan upaya untuk mendukung pengelolaan sampah secara lebih sistematis. Dengan adanya fasilitas yang cukup dan mudah diakses, masyarakat tidak lagi membuang sampah sembarangan di jalan, di halaman rumah, atau di tempat-tempat umum.
Hal ini akan sangat membantu dalam menciptakan lingkungan yang lebih bersih, sehat, dan nyaman untuk dihuni.
“Semoga dengan adanya tempat sampah yang memadai dan kesadaran yang terus ditingkatkan, masyarakat desa dapat menjaga kebersihan lingkungan mereka, dan program ini bisa menjadi model yang dapat diterapkan di desa-desa lain,” tutup Jessika.
Jum Nabillah