Tak dapat dipungkiri, anime Naruto telah menjadi salah satu tontonan masa kecil yang paling berkesan bagi banyak orang. Terlebih bagi mereka yang lahir di awal tahun 2000-an. Tidak hanya menawarkan kisah petualangan Naruto yang penuh aksi dan pertarungan khas ninja. Serial Naruto juga sering kali menampilkan berbagai adegan yang sarat makna, bahkan tak jarang membuat kita meneteskan air mata.
Masashi Kishimoto selaku penulis seakan hendak menyampaikan berbagai pesan moral kepada para pembacanya lewat karakter yang ia ciptakan, baik itu secara langsung lewat ucapan sang tokoh utama Naruto, ataupun secara tersirat lewat lakon karakter-karakter lainnya. Contohnya seperti Kakashi Hatake dan Might Guy.
Siapa yang tidak mengenal dua ninja asal Desa Konoha ini? Dikenal sebagai sahabat karib sekaligus rival semenjak kecil, Kakashi dan Guy menjadi dua karakter yang sangat ikonik di serial Naruto. Keduanya pun memiliki sifat dan karakter tersendiri yang menjadi ciri khas masing-masing.
Sebagaimana kita ketahui, Kakashi digambarkan sebagai tokoh dengan pembawaan yang tenang, tidak banyak bicara, dan penuh perhitungan. Sedangkan Guy digambarkan sebagai pribadi yang penuh semangat dan percaya diri, namun kadang ceroboh dan suka asal bertindak. Melalui dua karakter ini, kita sering disuguhkan berbagai adegan yang mengocok perut hingga pertarungan epik yang memanjakan mata.
Namun dibalik tingkah konyol Guy dan sifat cuek Kakashi, Masashi Kishimoto boleh jadi hendak menyampaikan sebuah pesan penting kepada para penonton lewat dua karakternya tersebut.
Kita tentu tahu, Kakashi adalah anak dari Sakumo Hatake, seorang ninja yang bergelar “Taring Putih dari Konoha”. Kehebatan sang ayah yang turun kepadanya menjadikan Kakashi sebagai seorang ninja yang amat dihormati banyak orang. Pembawaannya yang tenang dan pandai dalam menimbang situasi juga membuatnya mampu menyelesaikan berbagai misi sulit dan mengalahkan setiap musuh yang dihadapi.
Bisa dibilang, Kakashi adalah sebuah penggambaran bagi mereka yang diberkahi berbagai kelebihan. Sedangkan hal yang sebaliknya justru dialami oleh Guy, anak dari Maito Dai sang “Genin Abadi”.
Semasa kecilnya, Guy sering diejek oleh teman-temannya karena hanya mampu menguasai taijutsu dan nyaris tidak bisa menggunakan jutsu lainnya. Guy juga memiliki kesulitan memenuhi nilai-nilainya di akademi, sampai-sampai membuat dirinya merasa frustrasi dan ragu untuk menjadi seorang ninja. Hanya dukungan dan semangat membara dari ayahnya lah yang membuatnya tetap bertahan. Might Guy bisa diibaratkan adalah perwujudan mereka yang sering dirundung kepahitan hidup.
Jika kita cermati, latar belakang Kakashi dan Guy yang saling bertolak belakang membuat kita bisa menyimpulkan bahwa Masashi Kishimoto sedang mencoba menggambarkan sebuah realita yang sering kita saksikan di dunia nyata—atau boleh jadi kita sendiri yang mengalaminya, di mana ada orang-orang yang terlahir dengan begitu banyak keistimewaan. Mulai dari kekayaan, nama baik, wajah tampan, hingga bakat yang luar biasa. Untuk orang-orang seperti ini, jika tidak diajarkan pemahaman dan nilai-nilai kebaikan sejak dini, maka akan menimbulkan sifat sombong dan rakus dalam dirinya.
Sedangkan di sisi lain, ada banyak orang yang justru tidak berkesempatan merasakan hal tersebut. Takdir membuat mereka harus bekerja lebih keras dibanding yang lain, memaksa mereka untuk berlari lebih kencang, bangun lebih pagi, bahkan kadang kala tak segan mengubur impian yang selama ini menjadi angan-angan. Realitas tersebut dikemas secara apik oleh Masashi kishimoto lewat dua karakternya tersebut, Kakashi dan Guy.
Namun apakah hanya sebatas itu pesan yang ingin Masashi Kishimoto sampaikan kepada kita? Tentu tidak, lagi-lagi melalui dua karakter ciptaannya, Masashi Kishimoto hendak menampar orang-orang yang terlalu berbangga dengan kelebihannya sekaligus juga memberi motivasi kepada mereka yang tetap gigih bertahan walau diterpa kesulitan.
Semua penggemar Naruto pasti tahu dengan peristiwa kematian Rin Nohara. Rekan satu tim Kakashi, juga orang yang amat dicintai oleh Obito. Dalam rangkaian peristiwa memilukan tersebut kita diperlihatkan ketidakberdayaan Kakashi melawan kehendak langit.
Kakashi yang saat itu telah menjadi seorang Jonin kelas atas nyatanya tetap tidak mampu menyelamatkan kedua sahabat terbaiknya. Rin Nohara yang masih belia harus tewas di tangannya sendiri, sedangkan Obito yang dikira telah tewas oleh Kakashi rupa-rupanya menyaksikan dan menyimpan dendam kesumat atas perbuatannya tersebut.
Dari sini kita bisa belajar, tidak peduli sehebat apapun seseorang, ketika langit telah menentukan, maka tidak akan ada yang sanggup menghentikannya.
Namun, bukan berarti kita lantas memilih hanya memasrahkan semuanya pada takdir langit. Sebaliknya, kita harus senantiasa berusaha dan jangan berputus asa walau badai menghadang. Prinsip seperti inilah yang selalu dipegang teguh oleh Might Guy.
Guy yang dahulu senantiasa diremehkan, secara spektakuler, memperlihatkan kepada seluruh dunia hasil dari sebuah kerja keras dan konsistensi.
Di momen akhir Perang Dunia Ninja Keempat, ketika seluruh shinobi dan kage telah terkapar melawan Uchiha Madara, Guy dengan gagah berani melakukan duel maut seorang diri melawannya. Ia mengerahkan seluruh kemampuan yang ia punya, seluruh jurus pamungkas yang telah ia latih selama bertahun-tahun. Dengan membuka gerbang kedelapan, Guy berhasil membuat Madara yang berada dalam mode Rikudo kewalahan, hingga nyaris sekarat.
“Aku, Madara, menyatakan Kaulah yang terkuat!”. Demikian pernyataan Madara ketika menyaksikan pancaran cakra dari tubuh Guy yang berkobar saat mengeluarkan jurus pamungkasnya, Night Guy.
Pernyataan ini juga menjadi sebuah pembuktian yang diucapkan langsung oleh karakter antagonis paling legendaris di seluruh franchise anime Naruto. Sebuah pelajaran berharga yang bisa kita ambil bahwa kalimat “usaha tidak akan mengkhianati hasil” benar adanya.
Akhir kata, kini Anda bisa menyimpulkan sendiri pesan apa yang yang ingin Masashi Kishimoto sampaikan kepada kita, para pembacanya. Bahwa bakat tidak selalu menjamin seseorang kelak akan menjadi orang hebat. Namun tentu saja, berputus asa juga bukan jawabannya.
Penulis, Muhammad Fadhel Basri.
Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unhas,
Angkatan 2022.