“Saya tahu ini akan berat, tapi percayalah, pada akhirnya kita akan melihat buah manis dari perjuangan kita kini.”
Begitulah pesan yang diungkapkan Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional, Regina Farah Nafilah yang berhasil dinobatkan sebagai Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) Satu tingkat Universitas Hasanuddin (Unhas).
Sebagai mahasiswa, banyak keuntungan yang dapat dimanfaatkan, mulai dari ilmu tak ternilai, banyaknya pilihan organisasi, berbagai lomba yang dapat diikuti, hingga relasi seluas-luasnya. Hal itulah yang diupayakan sebaik-baiknya oleh Regina.
Sejak masuk dibangku kuliah, Regina bertekad ingin menjadi mahasiswa akademis, organisatoris, dan aktif mengikuti perlombaan. Meskipun demikian, Regina sama sekali tak pernah menyangka dirinya akan terpilih mewakili Kampus Merah untuk lanjut ke tahap seleksi wilayah Pilmapres. Bukan tanpa alasan, ia mengakui tujuh mahasiswa lain yang berhasil masuk ke tahap Final Pilmapres Unhas sepertinya juga memiliki pencapaian yang tak kalah hebatnya.
Tak henti bersyukur, mahasiswa kebanggaan Unhas tersebut berpikir, salah satu hal yang berhasil menjadikannya pemenang kompetisi bergengsi se-Unhas yaitu faktor rezeki.
Faktor Rezeki itu didukung dengan segudang prestasi yang telah ditorehkannya, seperti 8th Best Institutional Judge at National Overland Varsity English Debate 2021, Best Delegate at ASEAN Youth General Forum 2021, hingga menjadi penerima beasiswa Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) 2021.
Lingkungan sekitar dan kebiasaan Regina sejak kecil menjadi pendorongnya untuk terus mengembangkan diri. Wanita kelahiran Magelang itu tumbuh dan berkembang di beberapa kota. Karena pekerjaan orang tua, mau tak mau ia harus beradaptasi sebab terus berpindah sejak taman kanak-kanak hingga akhirnya duduk di bangku kuliah. Hal itulah yang membuatnya mudah beradaptasi.
Sejak masih SD, Regina kecil sudah memiliki jiwa kompetitif tinggi, ditunjukkan dengan keikutsertaannya pada lomba bahasa Inggris, menari, bahkan menggambar walau tidak ahli di bidang itu.
Kebiasaan ini digandeng Regina hingga ke titik balik hidupnya. Sewaktu SMA, wanita kelahiran 2002 itu menempuh pendidikan dengan sistem asrama, membuatnya belajar dan berkawan lebih intens hingga akhirnya memberanikan diri mengambil posisi penting dalam organisasi. Tak hanya itu, ia juga menemukan satu minat dan bakat yang mulai ditekuninya hingga detik ini. Itulah debat bahasa Inggris.
Regina bercerita, pertama kali ia takjub dengan debat bahasa Inggris ketika ekstrakurikuler di SMA-nya mengadakan ekshibisi. Saat itu, Regina berpikir debat begitu seru sebab para peserta harus bisa memposisikan diri menjadi tim pro atau kontra. Jadi, meskipun tidak setuju dengan topik yang dibahas, ia tetap harus memposisikan diri bila terpilih menjadi tim pro.
Dalam perjalanannya di debat bahasa Inggris, Regina telah meraih prestasi skala lokal, nasional, dan internasional. Sebelum menorehkan prestasi tersebut, alumni SMAN 5 Gowa itu memiliki kisah pahit.
Awalnya, Regina sempat takut mengikuti lomba terkait. Atas dukungan salah seorang senior, ia pun langsung mencoba di tahun pertamanya. Sayang seribu sayang, takdir baik tak berpihak pada gadis itu. Ia harus menelan pahitnya kekalahan atas lawannya yang memang sudah mahir berdebat bahasa Inggris. Setelah kekalahan pertamanya di bidang itu, Regina baru mulai memberanikan diri kembali untuk bersaing saat menginjak kelas 2 SMA. Meskipun begitu, kekalahan turut mengikutinya.
Pantang menyerah, ia terus mencoba, belajar dari komentar juri, mendengar saran kakak tingkat, hingga kemampuannya sedikit demi sedikit berkembang dan membuahkan akhir bahagia.
Ketertarikannya dengan debat itu berlanjut saat dibangku kuliah, membawa Regina bergabung dengan beberapa organisasi, seperti Hasanuddin English Debating Society (HEDS) atau yang akrab disebut Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Debat Bahasa Inggris Unhas serta Hasanuddin Model United Nations (MUN) Community.
Selain itu, gadis yang suka belajar hal-hal baru ini juga pernah menjadi bagian dari Unhas Career Women. Periode pengurusan 2022, Regina dipercayakan menjadi Koordinator Event and Research di mana ia bertugas mendesain program untuk mendukung perempuan Unhas dalam persiapan karier mereka untuk dunia kerja nantinya.
Bergabung di organisasi tersebut, membuat wanita 21 tahun itu belajar bahwa tak hanya perempuan yang harus hidup produktif, melainkan semua orang. “Menjadi produktif itu sebenarnya terserah kita bagaimana mendefinisikannya. Menurut saya sendiri, menjadi produktif itu adalah bagaimana kita berkembang serta mendapat hal-hal baru dari apa yang kita lakukan dan tekuni,” imbuhnya.
Walau harus mengorbankan waktu tidur, Regina mengaku aktif berorganisasi itulah yang membuatnya sejauh ini. Dengan organisasi dan lomba, ia belajar hal baru, bertemu orang baru, dan mendapatkan koneksi baru. Menurutnya, hal tersebut sangat dibutuhkan di era yang serba maju dan canggih saat ini, persaingan yang semakin ketat menuntut kita untuk terus memiliki sikap kompetitif.
Ketika ditanya sosok yang menginspirasinya, Regina mengungkap keluarganya adalah orang pertama di balik dirinya yang sekarang. Sepanjang hidupnya, ia paling banyak menghabiskan waktu bersama keluarga. Di luar itu, Regina juga mendapat dukungan luar biasa dari pihak departemen dan teman-teman yang terus memberi motivasi untuk berani mengambil risiko dan terus berkembang.
Di penghujung dialog, mahasiswa yang juga bergerak sebagai Student Volunteer Departemen Hubungan Internasional itu berpesan agar para mahasiswa dapat memanfaatkan semua keuntungan menjadi mahasiswa sebaik mungkin.
“Saya tahu ini akan berat, tapi percayalah, pada akhirnya kita akan melihat buah manis dari perjuangan kita kini,” pungkas Regina.