The Wild Robot bukan hanya sekadar kisah petualangan tentang robot yang terdampar di pulau terpencil, melainkan juga sebuah eksplorasi mendalam interaksi kemanusiaan antara teknologi dengan alam.
Ceritanya dimulai ketika sebuah kapal kargo, Universal Dynamics mengalami kecelakaan yang menyebabkan enam robot serbaguna bernama ROZZUM rusak. Salah satunya, Rozzum 1743 yang selamat dan terdampar di hutan tanpa petunjuk asal-usul atau tujuan penciptaannya. Di tengah ketidakpastian, Roz secara tidak sengaja diaktifkan oleh satwa liar yang ada di sekitar pulau tersebut. Ia mencoba menawarkan bantuan kepada hewan-hewan di sana, namun akibat ketidakpahamannya terhadap bahasa mereka, malah menimbulkan rasa takut dan ancaman.
Satu momen telah mengubah segalanya, ketika sebuah insiden tragis yang membuat Roz harus merawat anak angsa yatim piatu. Dengan kehangatan yang tak pernah diduga akan muncul dari sebuah robot, Roz menjadi ibu pengganti bagi si kecil. Hal ini memicu perubahan besar yaitu, ia mulai diterima oleh para hewan, membangun hubungan yang unik dan harmonis.
Seiring berjalannya waktu, Roz semakin ahli menyesuaikan diri dengan kehidupan liar. Ia membantu hewan-hewan yang lain dengan kemampuannya seperti memperbaiki sarang, menyelamatkan bayi rubah yang terluka, bahkan menjadi penengah ketika terjadi konflik di antara hewan penghuni pulau. Ia sudah diterima menjadi bagian dari pulau tersebut.
Dia belajar untuk berkomunikasi dengan para hewan, memahami bahasa tubuh mereka, bahkan memberikan kasih sayang layaknya ibu kepada anak angkatnya, Brightbill si anak angsa. Hubungan antara Roz dan Brightbill sangat menyentuh dan menunjukkan bahwa cinta dan ikatan keluarga bisa terjalin meskipun antar spesies yang berbeda dan tak biasa.
Ia berniat untuk menjalankan tugasnya sebagai “Ibu” pengganti bagi Brightbill yakni mengajarkannya untuk makan, berenang, hingga terbang seperti angsa pada umumnya. Ia mengajarkan Brightbill cara untuk terbang dengan baik, karena ketika musim dingin tiba, Brightbill dan kawanannya pergi bermigrasi mencari tempat yang baik untuk berlindung.
Namun, kehidupan di pulau tidak selalu aman dan damai. Musim dingin yang dahsyat tiba, dan Roz dengan cerdas mengorganisasi para hewan untuk saling membantu. Mereka sama-sama berkumpul di tempat perlindungan Roz dan Brightbill mengumpulkan makanan, dan bertahan dari badai salju. Roz, yang semula dianggap mesin tanpa hati, kini menjadi sosok pelindung yang mereka andalkan.
Salah satu kekuatan utama dari film ini adalah pembangunan karakternya. Roz tidak hanya menjadi robot dengan program sederhana, tetapi berkembang sebagai karakter yang peduli dan berempati terhadap makhluk lain.
Film ini juga memperlihatkan transformasi Roz dari robot yang hanya ingin melaksanakan tugasnya melayani manusia dan tidak berperasaan menjadi sosok yang memahami pentingnya kehadiran dalam kehidupan orang lain. Meskipun dia awalnya adalah sebuah mesin, Roz semakin lama memiliki perasaan-perasaan yang manusiawi, sehingga menghadirkan refleksi tentang batas-batas emosional manusia dan robot.
Namun, ancaman besar datang ketika Roz mendeteksi sinyal dari dunia luar. Robot-robot pencari dikirim untuk menemukannya dan membawanya kembali ke peradaban manusia. Dengan hati berat, Roz harus memilih antara menyerahkan diri dan meninggalkan komunitas yang telah menjadi keluarganya, atau melawan takdirnya sebagai ciptaan buatan demi melindungi mereka yang kini ia cintai.
Dengan genre animasi, The Wild Robot memanjakan mata penonton dengan visual yang kaya dan penuh warna. Alam liar dalam film ini digambarkan dengan detail yang luar biasa, dari hutan lebat hingga sungai jernih yang menjadi latar untuk cerita Roz. Penggunaan warna dan suasana alam yang harmonis sebagai simbol dari emosi dan pertumbuhan Roz selama cerita. Misalnya, musim gugur di pulau menjadi representasi dari perubahan dalam hidup Roz, di mana ia harus menyesuaikan diri menghadapi musim dingin, belajar cara bertahan di alam liar, dan mulai memahami arti dari kehidupan organik.
Film berdurasi 102 menit ini memiliki alur yang ringan dan heartwarming, yang membuat sobat iden terlibat lebih dalam pada perkembangan karakter dan lingkungan. Setiap babak dalam cerita memperlihatkan tantangan baru bagi Roz, baik dari segi fisik maupun emosional. Ketika ia bertemu ancaman alam atau hewan pemangsa, ia harus belajar untuk merespons tanpa merusak keharmonisan di pulau.
Tema adaptasi yang berulang ini memperlihatkan bahwa menjadi asing di suatu tempat bukan berarti tidak bisa menjadi bagian dari lingkungan tersebut. Roz menghadapi prasangka dan kecurigaan dari para hewan, tetapi melalui kesabaran, ia berhasil mendapatkan kepercayaan dan menjadi bagian dari ekosistem.
Selain itu, film ini menyampaikan pesan tentang kehadiran, kasih sayang, dan kebersamaan, yang tidak hanya soal kesamaan, tetapi juga tentang empati, kepedulian, dan keinginan untuk memahami. Meski Roz tidak dirancang untuk merasakan cinta, interaksinya dengan Brightbill dan hewan lain menunjukkan bahwa cinta adalah hal yang universal, melampaui batas perasaan bahkan bagi makhluk seperti Roz.
Afifah Khairunnisa