Minggu, 14 Desember 2025
  • Login
No Result
View All Result
identitas
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah
No Result
View All Result
identitas
No Result
View All Result
Home Opini Cermin

Belajar Mencintai Takdir

17 Februari 2022
in Cermin, Headline
Editor Anisa Luthfia Basri

“Tumbuh jauh lebih kuat dari yang selama ini saya kira”

Jalan hidup berisi tentang takdir yang telah digariskan Tuhan. Takdir yang sesuai keinginan diri dan sebaliknya. Apapun yang terjadi di setiap perjalanan adalah bentuk kecintaan Tuhan terhadap ciptaan-Nya. Hingga akhirnya saya, salah satu dari sekian banyak makhluk istimewa lainnya, memilih untuk mencintai takdir yang ada. Mencintai takdir yang ada berarti saya harus bisa mengikhlaskan, belajar menerima jika ternyata hal yang terjadi tidak seperti keinginan diri. Bukan tanpa alasan, semua terjadi karena peristiwa-peristiwa berharga dengan orang-orang luar biasa yang dihadirkan Tuhan untuk saya.

BacaJuga

Jenaka Haru Penuh Misteri dalam Agak Laen 2

Belajar Budaya Lokal dengan Cara Seru Bersama Etno Adventure

Sungguh senang jika takdir yang menghampiri adalah kesesuaian dari apa yang diingini. Namun perasaan kecewa pasti ada jika takdir yang tidak pernah terbayangkan justru itu yang terjadi. Kondisi kedua kerap kali kita temui, bahkan diri saya sendiri. Istilahnya bukan lagi seperti tamu yang datang sekali, tetapi telah menjadi kawan dan bagian dari perjalanan hidup saya.

Selain keberuntungan, masalah juga bagian dari takdir hidup. Awalnya setiap masalah yang hadir pada perjalanan saya mencari jawaban atas fase krisis eksistensial yang dialami adalah sebuah musuh. Setiap kali masalah mampir dan menyapa kehidupan saya, hal itu menjadi sebuah kehancuran kecil. Kelihatannya sepele, tetapi coba bayangkan jika kondisi ini terjadi pada saya hampir setiap hari, bahkan ketika saya baru akan melihat dunia indah nan penuh rahasia ini. Jujur saja, saya tidak punya kuasa mengendalikan diri untuk itu.

Proses berkawan, berdamai, dan akhirnya belajar untuk mencintai masalah-masalah yang ada sungguh cukup panjang. Butuh banyak perjuangan yang kadang tidak mampu diterima akal budi. Bagaimana tidak, cukup banyak hal yang hingga sekarang saya alami sangat berbeda dari apa yang diingini.

Saya pikir, tidak ada jalan keluar atas kondisi berkabut nan penuh pilu itu. Tetapi ternyata, Tuhan benar-benar sangat menyayangi ciptaan-Nya. Dia menghadirkan ragam peristiwa berharga bersama orang-orang luar biasa yang akhirnya bisa membuat saya sadar bahwa selalu ada jalan keluarnya, selalu ada hal baik dibaliknya. Untuk bisa menyadari hal baik dari setiap peristiwa yang terjadi tentu tidak mudah, butuh keyakinan dan pikiran terbuka yang berkelanjutan.

Tidak bisa saya bayangkan, jika terus-terusan hidup dengan kebencian terhadap hal yang terjadi dihidup saya. Mungkin saja tulisan ini tidak pernah ada, karena saya hanya sibuk mencari cara untuk menentang segala takdir yang terjadi dalam perjalanan berharga ini.

Bisa menemukan kebiasaan baru dengan mencintai takdir adalah kesyukuran yang terus saya batinkan terhadap Tuhan. Bagaimanapun kelamnya sebuah takdir yang terjadi dalam hidup setara dengan kemampuan diri. Kadang terasa semua jalan sangat menyesakkan, menyakitkan, melelahkan, bahkan menghancurkan. Namun akhirnya saya tersadar, semua perasaan seperti itu bisa dirasakan karena hasil dari bagaimana cara kita memaknainya.

Sempat terbesit dalam pikiran bahwa membangun kebiasaan dengan cara pandang “Mencintai takdir” adalah sebuah kesia-siaan buat saya nantinya. Ternyata sejauh ini tidak demikian, saya justru menyadari bahwa kualitas hidup kita ke depan sangat ditentukan dari kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan saat ini.

Tuhan yang Maha Baik, peristiwa berharga, orang-orang luar biasa, dan diri saya yang istimewa ini pada akhirnya mampu membuat kehidupan yang lebih baik selama dua tahun terakhir bersamaan dengan saya yang beranjak dewasa. Dewasa yang ternyata lebih memberikan banyak air mata, memberi beban lebih berat, dan selalu menuntut melakukan sesuatu lebih cepat karena waktu tidak pernah menunggu saya untuk siap.

Semua kalimat dalam tulisan yang tercipta dari banyaknya untaian kata-kata ini seluruhnya berdasarkan takdir yang terjadi dalam hidup saya. Jangan sampai kehilangan diri sendiri setelah membaca ini, sebab kita punya cara-cara terbaik dengan takdir masing-masing. Ingat selalu bahwa setiap orang diciptakan Tuhan dengan keistimewaan yang berbeda. Suatu saat yang pasti masing-masing dari harapan kita akan terwujud, entah dengan jalan takdir atau ingin diri. Untuk apapun tantangannya, semoga kita selalu mampu menghadapinya.

Untuk diri saya dan siapa pun yang membaca ini, tetaplah kuat dan tetaplah hidup. Mungkin di kemudian hari, diri kita dengan segala pengalaman yang kita temui, ternyata bisa menyelamatkan banyak orang. Yang terpenting, jangan sampai kehilangan diri sendiri. Belajar untuk mencintai keberadaannya sebagai sebuah anugerah, sebab kita adalah orang-orang istimewa. Kita harus belajar lebih kuat saat dihantam gelombang kehidupan, sebab hidup tidak pernah seanteng nasihat orang-orang.

Winona Vanessa HN

Mahasiswa Fakultas Kehutanan Unhas

angkatan 2020

Sekaligus, Reporter PK identitas Unhas

Tags: Hidupmotivasitakdir
ShareTweetSendShareShare
Previous Post

Perbaikan Listrik, Unhas Padamkan Sebagian Fakultas

Next Post

Gelas Kosong

Discussion about this post

TRENDING

Liputan Khusus

Ketika Kata Tak Sampai, Tembok Jadi Suara

Membaca Suara Mahasiswa dari Tembok

Eksibisionisme Hantui Ruang Belajar

Peran Kampus Cegah Eksibisionisme

Jantung Intelektual yang Termakan Usia

Di Balik Cerita Kehadiran Bank Unhas

ADVERTISEMENT
Tweets by @IdentitasUnhas
Ikuti kami di:
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube
  • Dailymotion
  • Disclaimer
  • Kirimkan Karyamu
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
© 2025 - identitas Unhas
Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah

Copyright © 2012 - 2024, identitas Unhas - by Rumah Host.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In