Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa (Kema) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin (Unhas) bersama Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pencinta Alam Kompas FISIP Unhas menggelar Diskusi Neoliberalisme Pendidikan Tinggi. Berlangsung melalui Zoom Meeting, Selasa (23/5).
Kegiatan menghadirkan Alumni FISIP Unhas, Muhammad Chaeroel Ansar SIP MSc sebagai pembicara. Diskusi ini membahas Neoliberalisme dan Good University Governance terkait Unhas sebagai kampus berbadan hukum yang dianggap sebagai hasil dari neoliberalisasi pendidikan.
Mengawali pembahasan, Chaeroel memaparkan, proses terbentuknya kurikulum yang berasal dari tiga implikasi filosofis pendidikan, yaitu idea, pengalaman, dan pengembang, perguruan tinggi telah merancang kurikulum. “Hingga munculnya pendekatan ketiga inilah menjadi pintu masuk berbagai perdebatan ideologi,” katanya.
Ia menjelaskan, ideologi pendidikan dari fundamentalis ke anarkisme adalah konsep yang menanamkan orientasi sosial ke individu. “Namun, di perguruan tinggi kebanyakan hanya sampai pada konservatisme pendidikan yang menggunakan pengetahuan sebagai kegunaan sosial dan sarana mewujudkan nilai-nilai sosial,” ujarnya.
Lebih lanjut, Chaeroel memaparkan, neoliberalisme menggunakan dimensi privatisasi yang melakukan penjualan barang dan jasa, hingga komodifikasi, menjadikan sesuatu sebagai komoditas atau produk yang dijual dan mendapatkan keuntungan. “Dimensi ini juga dipakai dalam layanan pendidikan publik, termasuk Unhas,” ucap alumni Ilmu Pemerintahan itu.
Miftah Triya Hasanah