Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Hasanuddin (BEM-UH) sebagai lembaga kemahasiswaan tertinggi di tingkat universitas, berkewajiban bersifat demokratif dan responsif terhadap aspirasa mahasiswa kepada pimpinan.
Di tengah pandemi Covid 19, BEM-UH melakukan survei dan menampung aspirasi mahasiswa untuk disampaikan kepada pimpinan. Presiden BEM-UH, Fatir Kasim mengatakan, disituasi seperti ini banyak keresahan yang dirasakan oleh mahasiswa. Keresahan tersebut telah dibukukan dalam proposal kajian BEM-UH.
“Kajian ini dibuat agar keresahan pasca kebijakan online dapat dituntaskan. Kami (Red: BEM-UH) masih mendapatkan beberapa keluhan dari kawan mahasiswa,” jelas Fatir, Jumat (17/4).
Dalam buku kajian yang berjudul “Langkah Akademik di Tengah Pandemik” memaparkan tuntutan mahasiswa yang meliputi aspek akademik, kesehatan, kebutuhan pokok, dan kebutuhan akses internet. Beberapa poin sudah direspon oleh pimpinan, seperti penyediaan konsultasi kesehatan gratis dan pemberian subsidi kuota internet, namun masih ada keluhan lain.
“Pembebasan UKT tidak hanya diberlakukan bagi penelitiaan sudah aman dan tinggal menunggu panggilan seminar/ujian hasil. Tapi mereka juga yang ingin memulai atau sementara penelitiaan ditengah situasi pandemik ini. Begitupun dalam urusan administrasi agar lebih di percepat dan tidak menyulitkan,” pungkas Fatir dalam kajiannya.
Lebih lanjut, BEM-UH memberikan tiga tawaran kepada pimpinan. Pertama membebaskan UKT bagi semua mahasiswa tingkat akhir, kedua meminta pertanggungjawaban administrasi akademik untuk meningkatkan pelayanan yang baik, dan Menginstruksikan kepada seluruh dosen pembimbing, dosen penguji dan dosen yang memandu perkuliahan lebih intensif, responsif, kualitatif serta tidak memberi beban berlebih.
Diakhir wawancara, Fatir berharap dari tiga tuntutan tersebut bisa dipertimbangkan oleh pihak universitas untuk menghasilkan hasil yang memuaskan dari internal pimpinan.
Santi Kartini