“Berbeda tetapi tetap satu”
Begitulah arti dari Bhinneka Tunggal Ika, bahasa Sanskerta yang menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsang Indonesia dalam menciptkan perdamaian antara ras, suku, kebudayaan, bahasa daerah, agama dan kepercayaan. Semboyang itu pun dijadikan nama sebuah yayasan oleh sekelompok anak muda yang punya misi menciptakan perdamaian.
Kita Bhinneka Tunggal Ika, begitulah dinamai. Salah satu pendirinya, Therry Alghifary menceritakan berdirinya yayasan tersebut setelah ia mengabdi sebagai pengajar di Kabupaten Bengkalis, Riau pada 2015. Ia pun mulai jatuh cinta dengan dunia pendidikan. Adapun alasan mendirikan yayasan pendidikan bertajuk perdamaian berangkat dari kisah masa kecil Therry. Pria asal Makassar itu menyaksikan Ayah dan ibunya berpisah karena adanya kekerasan dalam rumah tangga.
Hingga Therry duduk di bangku SMA, kekerasan itu lagi-lagi nyata terjadi di depan matanya. Di tambah lagi ketika menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Therry yang masuk sebagai mahasiswa Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Unhas sering kali mendapati tindakan kekerasan.
“Teknik itu sangat terkenal dengan pengaderan yang menjurus kepada kekerasan,” cerita Therry kepada identitas.
Bagi Therry tidak mengindahkan praktek kekerasan dalam pengaderan tersebut. Hingga Pada 2011-2012, ia menduduki jabatan sebagai Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknik. Sejak saat itulah, Therry menyuarakan perdamaian dan antikekerasan dalam pengaderan. “Tapi rasanya sudah sulit mengubah kultur pengaderan yang ada di Fakultas Teknik,” keluh Therry.
Deretan kisah kekerasan yang Therry alami semakin mengobarkan semangatnya mendirikan yayasan. Latar belakang keilmuannya sebagai lulusan Teknik Elektro tidak menjadi persoalan. Jiwa sosialnya membara diikuti dengan kecintaannya dengan dunia pendidikan.
Bersama Widi Nugraha dan Sinta Wulan Sari, Yayasan Kita Bhinneka Tunggal Ika kemudian dikukuhkan pada 14 Mei 2015. Kedua rekannya merupakan lulusan Akuntansi. Widi kini bekerja sebagai Manager Konsultan IP, semenetara Sinta adalah pegawai Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Dengan misi yang sama ketiganya berkomitmen menyuarakan persatuan. .
Sejak didirikan, Yayasan Kita Bhinneka Tunggal Ika berkontribusi menghadirkan perdamaian yang berkelanjutan. Salah satu semangat perdamaian yang digaungkan adalah diskriminasi orang Papua di Indonesia atau kelompok-kelompok minoritas.
Menurut Therry, tidak terciptanya kedamaian salah satu faktornya adalah lingkungan. “Data dari Habibie Center, Sulsel menjadi provinsi yang tertinggi kekerasan identitas,” papar Therry.
Dalam dunia pendidikan, Kita Bhinneka Tungga Ika punya konsep pengaderan yang antikekerasan. Caranya dengan menyasar para pendidik untuk mengajarkan nilai-nilai perdamaian. Kita Bhinneka Tunggal Ika melatih guru, dosen, dan komunitas-komunitas. Tujuannya, kata Therry, supaya mereka mengajarkan kembali kepada sasaran mengajarnya.
Ada juga kelas edukasi untuk pemuda-pemuda yang juga mempunyai semangat perdamaian dan jiwa kepemimpinan. Sebelum mengikuti kelas, peserta diseleksi terlebih dahulu kemudian diberi pelatihan. Selama kelas, peserta diarahkan membuat program bernama Guardian of Peace. Intinya, dalam kelas Kita Bhinneka Tunggal Ika konsep berpikirnya bagaimana membangun perdamaian.
Kita Bhinneka Tunggal Ika juga menginisiasi forum bernama Aliansi Perdamaian dan Forum Barani Bejalar (Belajar Anak Milenial). Forum ini fokus pada isu toleransi dan ruang ekspresi anak muda. “Aliansi Perdamaian sejak 2018 sedangkan Forum Barani baru terbentuk 2020,” Therry menjelaskan.
Selama berdirinya, Kita Bhinneka Tunggal Ika khusus untuk anak-anak yang rentan dengan tindakan kekerasan. Misalnya anak-anak jalanan yang putus sekolah. Anak-anak itu dihimpun dan diberi pendidikan di kantor Kita Bhinneka Tunggal Ika yang terletak Jln. AP Pettarani Makassar.
Sejauh ini, Yayasan Kita Bhinneka Tunggal Ika melakukan edukasi perdamaian berfokus di Kota Makassar. Selama 2020, program Penguatan Kepemimpinan Dan Perdamaian Guardian of Peace juga diikuti peserta dari Medan, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Hal ini berkat pembelajaran jarak jauh yang menjangkau wilayah di luar Kora Makassar. “Education for peace kepada pendidik itu pesertanya jadi makin luas. Sampai Jakarta, Sumatera, bahkan Papua,” ucap Therry.
Therry berharap, tahun depan edukasi antikekerasan bisa menyasar wilayah kampus. Kita Bhinneka Tunggal Ika akan terus menyuarakan semanagat perdamaian. “Karena kalau damai, yang rasakan dampaknya adalah kita semua. Jadi kita harus gotong royong untuk mewujudkan itu,” harapnya.
Vivi Asjuhamdayani