“Unhas telah meresmikan terbentuknya Fakultas Vokasi, terdiri dari lima departemen multidisiplin yang berada di wilayah Makassar, Sidrap, Barru, Soppeng, dan Selayar”.
Berdasarkan keputusan presiden (Perpres) tahun 2019 No. 82 tentang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Pemerintah kini menggabungkan kembali urusan pendidikan tinggi ke dalam Kemendikbud dan membentuk direktorat jenderal baru yaitu Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Vokasi (Ditjen Diksi). Upaya ini merupakan tujuan pemerintah untuk menetapkan pendidikan vokasional sebagai program prioritas.
Meningkatnya kebutuhan dunia usaha maupun industri dalam hal serapan karyawan, menuntut lulusan universitas memiliki kemampuan serta pengalaman yang memadai.
Melihat peluang tersebut, Unhas berupaya menghidupkan kembali pendidikan Vokasi yang berpedoman pada visi misi kemaslahatan Benua Maritim Indonesia yang digaungkan Unhas.
Dekan Fakultas Vokasi Unhas, Prof Dr Ir Muhammad Restu MP, dalam wawancaranya Jumat (16/9), ia membeberkan bahwa dalam mendirikan fakultas vokasi bukan semata – mata memenuhi kualifikasi tenaga kerja di dunia industri. Namun, Unhas turut berperan dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat sekitar.
Lahirnya Fakultas Vokasi berawal dari tahun 2018, saat Unhas mengirim timnya untuk membantu permasalahan gizi buruk di Kabupaten Asmat, Papua. Dalam perjalanannya, permasalahan tersebut nyatanya tidak dapat terselesaikan dengan tindakan insidentil.
“Diutamakan sebenarnya adalah harus ada sumber daya yang mengatasi dan memfasilitasi permasalahan yang ada. Salah satu kuncinya adalah menyekolahkan masyarakat Asmat. Makanya kita mulai dengan pendidikan vokasi ahli madya keperawatan, sekarang dikelola oleh fakultas keperawatan,” papar Restu.
Ditelusuri lebih lanjut, beberapa Pemerintah Daerah (Pemda) memiliki konteks permasalahan yang sama. Mereka membutuhkan tenaga terampil dan punya kompetensi untuk mengembangkan sumber daya yang ada. Sehingga, Unhas bekerjasama dengan Pemda seperti Sidrap untuk membentuk pendidikan vokasional.
Ia menyebutkan bahwa vokasi berasal dari hubungan kerjasama antara Unhas dengan pemerintah daerah. Dimana, Pemda yang bersangkutan harus bersedia menyediakan sarana dan prasarana berupa lahan dan bangunan. “Unhas yang siapkan SDM dan proses akademik termasuk media pembelajaran yang dibutuhkan,” ujar Restu.
Menilik kembali sejarah, vokasi bukanlah hal baru di Unhas, program ini pernah dibentuk dan diberlakukan di tahun 90 an, yang meliputi bidang ilmu tata niaga, keteknikan, sampai program studi komunikasi dan perpustakaan.
Sayangnya, Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor: 128/O/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang Organisasi dan Tata Kelola, maka vokasi harus dipisahkan dari Unhas. Kini, program vokasi Unhas tersebut lebih dikenal dengan nama Politeknik Negeri Ujung Pandang dan Politeknik Pangkep.
Vokasi sendiri adalah program pendidikan yang menunjang penguasaan ilmu atau keahlian terapan tertentu. Di Unhas sendiri ada dua program vokasional yang dibuka yakni Ahli Madya (D3) dan Sarjana Terapan (D4). Sistemnya pun cukup berbeda dengan akademik, yaitu menerapkan pembelajaran berbasis teori 30% sedangkan praktik 70%.
Sampai saat ini, terdapat sembilan program vokasi yang telah dibentuk Unhas, yaitu prodi sarjana terapan Teknik Gigi, Teknologi Pakan Ternak dan Wisata Bahari di Barru, Prodi Agribisnis Pertanian dan Prodi Agribisnis Peternakan di Soppeng, Prodi Teknologi Pakan Ternak dan Prodi Wisata Bahari di Sidrap, Pariwisata dan Program Studi Budidaya Laut dan Pantai (BDLP) di Kab Selayar.
Ada juga program studi ahli madya Keperawatan. Sayangnya, menurut Restu, tahun ini sedang tidak dibuka pendaftaran baru. “Itu kan awalnya dia bekerja sama dengan Asmad, tetapi tahun depan itu kita akan buka secara umum.”
Berhubung sebelumnya, ahli madya keperawatan dibuka secara khusus untuk mahasiswa dari Asmat, sesuai kuota beasiswa yang disediakan oleh Pemdanya, yakni 40 orang.
Dan seperti yang kita ketahui, program vokasi di Unhas telah disatukan dalam Fakultas yang dibentuk di bulan Juli, sehingga tidak dibawahi lagi oleh fakultas lain.
“Karena pengelolaannya terpisah, sekarang dibutuhkan pengelolaan yang komprehensif maka universitas hasanuddin melalui pak Rektor ini sejak bulan Juli membentuk organisasi fakultas vokasi,” ungkap Restu.
Bentuk organisasinya sama dengan fakultas lain di Unhas, untuk pengelolaan administratif, diangkat kepala sekretariat masing masing kampus di daerah.
Sementara itu, tenaga pengajar berasal dari Unhas dan ada pula dari industri serta Pemda yang telah bekerja sama dengan fakultas, salah satunya Jaffa. Dalam proses pengajarannya, para mahasiswa akan dibawa ke industri untuk praktek. Hal ini menjadi pembeda dari sarjana.
Perbandingan lain antara vokasi dengan jurusan sarjana adalah kalau vokasi itu menghasilkan tenaga yang punya skill, mereka keluar bukan dengan ijazah, tapi dengan sertifikat kompetisi yang asalnya dari BNSP, bukan dari Unhas. Yang diakui secara nasional dan internasional.
Hal tersebut, sejalan yang disampaikan salah satu Ketua Program Studi Vokasi Selayar Dr. Yadi Mulyadi, S.S., M.A, Vokasi lebih terfokus pada praktek kerja yang dapat menunjang keahlian di bidang studi tertentu. Hal-hal yang akan membantu dalam keterampilan teknis para alumninya. Sehingga vokasi lebih mengedepankan praktek dibanding teori.
Yadi menambahkan, walaupun vokasi adalah bentuk kerjasama dengan Selayar, para alumni tidak dituntut untuk mengabdi di daerah. Sehingga program vokasi itu terbuka untuk umum.
Oktafiani Rumengan