Era digital menyajikan informasi dengan cepat. Dunia pers harus berbenah. Berpacu dengan waktu atau terlindas oleh zaman.
Gerakan tangan terus menari mencari portal berita di gawai pintar. Informasi tentang perkembangan dunia kini mudah diakses melalui internet. Tinggal pilih mau baca berita dari media mana.
Kecepatan dunia dalam jaringan (daring) menyajikan informasi menjadi tantangan tersendiri bagi para media. Dulunya, media hanya bergelut di percetakan, kini harus merambah ke digital. Seperti yang dilakukan oleh media umum, pers mahasiswa juga butuh inovasi.
Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Teknokra Universitas Lampung sudah melakukan gebrakan. Chairul Rahman Arif selaku ketua mengatakan kini Teknokra juga disibukkan dengan urusan website dan media sosial.
“Tulisan kami sudah disajikan di website teknokra.com dan video YouTube. Selain itu, kami merambah ke podcast karena orang-orang mulai melirik ranah ini” ujarnya, Sabtu (24/10).
Meskipun begitu, Irul sapaan akrabnya bersama tim tetap mempertahankan terbitan cetak. Ia menganggap cetak tetap memiliki segmen tersendiri bagi civitas akademika. Selain itu, ini menjadi wadah para anggota untuk belajar.
“Kesempatan belajar di terbitan cetak itu sangat lengkap. Kita bisa belajar layout, mencari iklan, membuat survei untuk infografis dan menulis dengan lebih variatif,” jelas Irul.
Hal serupa juga dialami Surat Kabar Kampus Ganto Universitas Negeri Padang. Persma ini bahkan sudah merambah ke media daring sejak 2005. Namun, karena jaringan internet masih susah saat itu, jadi website Ganto pun berubah-ubah. Mulai dari ganto.unp.ac.id (2005-2006), ganto.web.id (2006-2007) hingga tahun 2017 sampai saat ini menjadi ganto.co.
Menurut Pemimpin Umum SKK Ganto, Irza Ade Suarni, Persma kini perlu merambah di dunia daring karena sangat penting mengikuti perkembangan zaman. “Untuk itu di masa digital ini, kami juga mulai fokus dalam jurnalisme TV serta menambah konten jurnalistik lainnya seperti grafis,” ucapnya Sabtu (24/10).
Berbeda dengan Ganto, LPM Dinamika Universitas Islam Negeri Sumatera Utara baru mulai menyentuh dunia digital delapan tahun terakhir. Gerakan membuat produk jurnalistik secara daring ini terus berlanjut hingga berhasil menerbitkan tabloid di 2018. Tabloid daring pun berlanjut hingga sekarang.
Pemimpin Umum LPM Dinamika Wahyu Nizam, menjelaskan saat ini sudah ada tabloid, majalah, dinamit (red: rubrik khusus Dinamika), dinamika online juga dinamika TV dan infografis.
“Di Era digital masyarakat umumnya lebih menyukai olahan visual ketimbang harus membaca naskah yang banyak. Jadi kami menyajikan berita dalam bentuk infografik dan diberi ilustasi. Kami juga membuat produk audio visual melalui tayangan media sosial,” kata Nizam, Sabtu (24/10).
Perubahan yang harus dilakukan oleh pers mahasiswa ini diiyakan oleh Pemimpin Redaksi Harian Fajar, Arsyad Hakim. Ia bercerita di medianya sendiri sedang dilakukan pembenahan.
“Sejak 39 tahun lalu, Harian Fajar murni cetak. Setiap hari pembaca menunggu koran terbit. Sekarang dalam 24 jam informasi bisa diakses cepat oleh masyarakat. Sehingga butuh perubahan,” paparnya, Senin (26/10).
Arsyad mengatakan, dulu Fajar mencetak koran hingga 75 ribu eksemplar setiap harinya. Sedangkan, saat ini hanya tinggal setengahnya saja. Syukurnya, Harian Fajar sudah mengantisipasi hal tersebut. Digitalisasi produk jurnalistik telah dilakukan sejak tahun 90-an.
“Kami telah mengantisipasi hal ini sejak dulu. Namun waktu itu, fajar.co.id sebatas menampung berita yang ada di cetak,” bebernya.
Melihat adanya peluang ke depan, Harian Fajar mulai fokus mengelola dunia digital. “Seiring berkembangnya zaman, sejak 2017 kami fokus di dunia daring. Perkembangan teknologi ini sebenarnya menguntungnya karena medianya elektronik yang dimiliki banyak orang. Tidak perlu menjual kertas (red : koran) lagi,” tutup Arsyad.
Tim Laput