“Hal yang paling utama sebenarnya menjalani dengan konsisten. Konsistensi dapat kita jaga dengan menyemangati diri sendiri dan tim, yang selalu diiringi dengan keinginan belajar.”
Begitulah kata Muh Ilmi Ikhsan Sabur, salah satu founder dari UKM StartUp Unhas dan COO (Chief Operating Officer) dari perusahaan yang dia rintis bersama teman-temannya, Vestanesia.
Saat ditanya mengenai apa arti bisnis, pria kelahiran Soppeng ini menjelaskan bahwa profit merupakan bonus dari bisnis. Inti utamanya adalah pemecahan masalah terutama masalah yang ada di masyarakat. “Jadi, orang itu ketika punya masalah dan bersedia untuk menggunakan jasa atau produk kita sebagai solusinya, baru bisa dikatakan sebagai bisnis,” pungkasnya.
Dari mengidentifikasi masalah-masalah yang terdapat di masyarakat itulah, pria yang hangat disapa Ilmi ini mendirikan dan merintis StartUp Vestanesia yang bergerak di bidang pertanian bersama teman-temannya. Mereka berangkat dari masalah-masalah yang berkaitan dengan kesejahteraan petani.
Lulusan Program Studi Agribisnis itu mendapatkan bahwa masalah keluasan lahan, modal, dan pemasaran itu menjadi masalah utama dalam kesejahteraan petani. Dengan adanya Vestanesia ini, dia berharap agar masalah-masalah pertanian tersebut dapat berkurang dan petani bisa lebih sejahtera.
Dengan membawa nama Vestanesia, Ilmi dan teman-temannya pernah menjadi satu-satunya perwakilan Sulawesi Selatan dalam ajang Demoday Pertamuda oleh Pertamina di tahun 2021.
Ajang ini diikuti oleh ribuan pendaftar dan terdapat 50 orang finalis yang telah disaring oleh pertamina untuk melanjutkan di tahap berikutnya untuk mempresentasikan usahanya di depan para investor agar tertarik untuk berinvestasi.
“Alhamdulillah kami bisa bertukar koneksi di sana. Meskipun tidak masuk 3 terbaik, setidaknya dengan itu kami bisa lagi berefleksi beberapa hal yang masih kurang dan harus dikembangkan,” ujarnya saat diwawancarai di kediamannya di Perumahan Griya Athira Permai, PAI, Biringkanaya, Rabu (21/9).
Selain itu, Ilmi dikenal sebagai salah satu inisiator dalam berdirinya UKM StartUp Unhas. Terbentuknya UKM ini berawal dari keinginan Ilmi dan teman-temannya untuk menghimpun orang-orang di Unhas yang memiliki minat untuk memecahkan masalah. Menurutnya, Unhas memiliki banyak orang-orang yang bertalenta dalam bisnis tetapi tidak dipertemukan dalam sebuah wadah.
Dari hasil diskusi yang dia lakukan bersama teman-temannya, mereka menyimpulkan bahwa memang ada masalah seperti itu dan diperlukan sebuah solusi. Mereka pun menghadirkan UKM StartUp ini sebagai solusi dari permasalahan tersebut.
”Kami harapkan UKM ini bisa menjadi wadah yang memasifkan semangat kewirausahaan adik-adik di Unhas,” ujar Ilmi.
Dari banyaknya hal yang pernah dia lakukan, tentu tidak lepas dari manajemen waktu yang baik dan motivasi kuat untuk tetap konsisten di jalan sudah dipilih. Dia mengatakan bahwa tujuan itu merupakan hal yang sangat penting untuk dimiliki agar hidup kita bisa terarah.
Penentuan tujuan yang ingin dicapai dalam setahun merupakan hal yang penting sebagai tolak ukur keproduktifan terhadap diri sendiri, jadi tidak hanya sekedar sibuk. Ilmi sendiri bahkan sudah memiliki tujuan yang ingin dia capai hingga 5 tahun ke depan.
Dia juga menyarankan bagi kita untuk membuat semacam ‘surat pemakaman’. Surat ini berisi hal-hal yang ingin dicapai sebelum kita meninggal. Sehingga ketika membacanya kita dapat teringat bahwa masih ada hal yang ingin kita kerjakan sebelum meninggal.
Sampai saat ini, Ilmi masih terus aktif belajar. Ia menyisihkan sebagian uang untuk mengikuti berbagai kursus atau membeli buku. Menurutnya, belajar merupakan hal yang penting agar bisa tetap mengikuti zaman, agar tidak ketinggalan. Dia beranggapan bahwa masih banyak hal-hal yang perlu dipelajari dan manusia ini sangat kecil di alam semesta.
Alumnus Fakultas Pertanian angkatan 2016 itu berpesan untuk mahasiswa, bahwa kita harus mulai melihat masalah-masalah yang ada di sekitar kita, baik itu sesuai dengan bidang ilmu yang kita pelajari maupun tidak.
“Masalah yang ada kemudian dikaji sehingga ada solusi yang ditawarkan. Hal itu yang diperjuangkan. Jadi proses yang dialami sebenarnya proses memperjuangkan solusi yang dibangun, itulah bisnis,” tutupnya.
Muhammad Mukram Mustamin