“Berjalan adalah obat yang paling baik bagi manusia.”
Begitulah kiranya ungkapan Bapak Kedokteran Dunia, Hippocrates. Bukan tanpa alasan, ternyata ada banyak sekali manfaat berjalan selama 15 menit dalam seharinya. Dilansir dari Kementerian Kesehatan RI, kebiasaan berjalan kaki dapat mencegah penyakit jantung, menenangkan pikiran, memberi perubahan positif pada otak, menambah volume paru-paru, menambah kekuatan otot, sekaligus menurunkan risiko terkena stroke.
Meskipun sudah tahu banyaknya manfaat itu, tetap saja sebagian besar orang lebih nyaman dengan sedentary lifestyle, sehingga membuat mereka merasa malas berjalan kaki bahkan sekadar 300 meter.
Berbeda dengan mayoritas orang, alumni Fakultas Teknik Unhas, Adi Rais Saputra justru senang berjalan. Bermula dengan menemukan akun Instagram @gang.gang.an, Adi merasa tertarik melakukan hal serupa. Menelusuri gang, berkelana ria, juga meromantisasi setiap sudut kota bersama orang-orang. Pria itu lalu meminta izin mengangkat konsep serupa tuk dihadirkan di Kota Daeng dan mendapat respons positif dari admin Arsip Gang Indonesia.
Dari sana, Adi dan pemilik Hotel dan Penginapan Roemah Renjana, Mugni Fikri Alkamil segera menyusun teknis gerakan jalan kaki bersama mereka, yang kemudian diberi nama “Teman Jalan” dan melaksanakan edisi pertamanya pada Maret 2023.
Dalam edisi perdana tersebut, peserta Teman Jalan tak jauh dari kenalan Adi ataupun Mugni. Adi mengaku tak ada ekspektasi khusus yang melatarbelakangi berdirinya Teman Jalan. Konsep utama dari gerakan ini sama seperti namanya, berteman. Adi hanya bermaksud menyediakan wadah untuk mempertemukan orang-orang tuk menjadi kawan.
Setelah perjalanan pertama tersebut, Teman Jalan mulai rutin jalan tiap Minggu yang diinformasikan melalui akun Instagram @temanjalan.mks. Per 18 Februari 2024, sudah ada total 28 edisi dengan berkisar 10 rute yang telah dilaksanakan. Mulai dari Paotere, Pecinan, Toddopuli, dan beberapa jalanan di Makassar lainnya.
“Kita memang buat rute, tapi tidak ada hal spesifik yang mau kita temukan di sana. Kita hanya cek di Google Maps dan menentukan rute yang selalu kita usahakan sekitar lima kilometer,” ungkap pencetus Teman Jalan tersebut, Jumat (16/02).
Adapun setiap perjalanan selalu diawali dengan perkenalan setiap peserta. Dari sana, akan ditemukan bahwa peserta Teman Jalan berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Mulai dari siswa SMA, mahasiswa, guru, orangtua dan anak, pekerja seni, bahkan TNI sekalipun.
Hanya bermaksud untuk seru-seruan, Adi tak pernah menyangka Teman Jalan menjadi viral. Dulunya tak genap 20 pendaftar di edisi pertama, kini bisa membludak hingga 300 orang pendaftar. Hal ini pula yang menjadi dilema bagi Teman Jalan. Sangat ingin mereka mengizinkan ratusan orang tersebut berjalan bersama, namun dengan jumlah peserta sebanyak itu ternyata malah mengganggu pengguna jalan dan terkesan tidak intim.
“Karena bisa mengganggu orang dengan ributnya, malah tidak kondusif segala. Maka dari itu pesertanya kita batasi 35 sampai 40 orang, tergantung besarnya rute yang akan dilalui,” jelas Adi.
Meskipun begitu, dia menceritakan, ternyata Teman Jalan pernah berjalan bersama 150 orang di waktu yang sama. Ini merupakan sebuah kolaborasi bersama World Health Organization (WHO). Mereka melaksanakan itu dengan empat rute berbeda, di mana garis finish-nya tetap berada di satu titik.
Hampir setahun sejak awal didirikan, beberapa kegiatan lain juga turut dilakukan Teman Jalan, seperti Teman Cerita yang merupakan kolaborasi dengan layanan psikolog Wiyata, Teman Bicara sebagai wadah berbagi pengalaman soal bisnis, Teman Bulutangkis yakni turnamen ganda dengan sistem acak, serta Pameran Foto Bercerita yang menampilkan dokumentasi Teman Jalan. Lalu dengan berbagai kegiatan itu, tak sedikit lingkaran pertemanan baru terbentuk setelah peserta dipertemukan di Teman Jalan.
Di luar kedua pencetus, Adi menyebutkan ada relawan yang turut menyokong bergeraknya Teman Jalan. Mereka ialah lima orang terpilih setiap batch-nya. Kelima volunter itulah yang kemudian membantu pengelolaan media sosial sekaligus pelaksanaan kegiatan.
Ke depannya, Teman Jalan berpikir untuk mengeksplorasi jalanan lainnya di Kota Makassar, termasuk kawasan sekitar Kampus Merah Unhas. Mereka juga bermaksud mengadakan festival berupa piknik di mana semua orang yang pernah atau belum pernah ikut Teman Jalan bisa ikut dalam kegiatan ini.
Nurul Fahmi Bandang