Fakultas Kehutanan (Fahutan) Universitas Hasanuddin (Unhas) menggelar Biennial Conference Tropical Biodiversity 2023 dengan tema “Biodiversity and Governance for Environment Valorization to Mitigate Climate Change”. Kegiatan ini dilaksanakan di Hotel Aston Makassar dan Zoom Meeting, Selasa (08/08).
Hadir sebagai narasumber, Guru Besar Pusat Leibniz untuk Ekologi Tropis Laut, Prof Martin Zimmer. Pada kesempatannya, ia menyampaikan materi tentang ekosistem mangrove sebagai penyerap karbon untuk mencapai Kehutanan dan Penggunaan Lahan lainnya atau Forestry and other Land Uses (FOLU) Indonesia 2030.
“Terdapat hubungan yang jelas antara pemanasan dengan emisi CO2 oleh tindakan manusia,” ucap Zimmer.
Profesor Ekologi Mangrove Universitas Bremen itu turut mengatakan, saat ini emisi tahunan gas rumah kaca setara dengan sekitar 50 gigaton CO2. Jika tidak ada tindakan terhadap perubahan iklim ini, maka pada tahun 2100 akan berakhir dengan konsekuensi derajat pemanasan yang berat.
“Untuk mencapai nol emisi bersih secara global, kita harus menghasilkan emisi negatif dengan mengambil banyak CO2 dari atmosfer melalui cara apapun salah satunya solusi berbasis alam,” tuturnya.
Solusi berbasis alam yang dimaksud adalah mengekstraksi CO2 menggunakan ekosistem seperti rawa-rawa asin, padang lamun, dan hutan bakau. CO2 diekstraksi dari atmosfer dan disimpan dalam jangka panjang dalam biomassa tanaman.
“Di antara ekosistem tersebut, hutan bakau memiliki tingkat penyimpanan tahunan sekitar lima hingga sepuluh kali lebih besar,” lanjut Prof Martin.
Di akhir sesinya, ia menjelaskan ekosistem dibagun dengan tujuan untuk menyediakan jasa yang paling dibutuhkan dan relevan dalam konteks mitigasi perubahan iklim. “Kami membangun ekosistem berdasarkan keragaman pada tingkat fungsional jadi jika anda ingin merancang komunitas saya terbuka untuk berdiskusi,” tutupnya.
Jum Nabillah