Sejak tahun 2016, pintu gerbang utama Workshop –yang menghubungkan jalan pintu 0 pondokan ke kampus Unhas– telah diberlakukan aturan tutup setiap pukul 18.00 Wita. Buka tutup pintu workshop dilakukan dengan dalih untuk memperkecil akses masuk bagi pelaku kriminal dan mempermudah pengejaran pelaku.
Bukan hanya itu, buka tutup Pintu 1 lebih dulu diberlakukan. Sebelum tahun 2017, Pintu 1 hanya ditutup satu jalur pada hari Minggu. Namun sejak keluarnya edaran Nomor: 9860/UN4.3.3/UM.12/2017, penutupan satu jalur dilakukan pada hari Sabtu, sementara untuk Minggu ditutup dua jalur alias full. Di hari-hari biasa, dua jalur ditutup setiap pukul 22.00 Wita. Sementara pintu gerbang Workshop, di hari Sabtu dan Minggu juga ditutup full.
Semakin ketatnya buka tutup Pintu 1 dan pintu gerbang Workshop, terjadi setelah
diadakan rapat antara Satpam, Kepala Biro Administrasi Umum Andi Darwin dan Biro Perencanaan, Ahmad.
“Kepala Biro Administrasi Umum, Andi Darwin dengan Biro Perencanaan Pak Ahmad disepakati untuk melakukan sistem buka tutup pintu 1 dan 2 juga pintu utama masuk Workshop. Ada aturannya kami pegang,” ujar Kepala Satpam Unhas, Mansyur kepada Identitas beberapa waktu lalu.
Mansyur mengatakan alasan pemberlakuan buka tutup gerbang, karena aktivitas di kampus pada saat libur tidak ada. Selain itu, juga untuk memudahkan pihak keamanan kampus memantau, dan mempermudah pengejaran pencuri yang beraksi di sekitar kampus.
“Kita pengalaman yang lalu-lalu pencuri kita buru, lewatnya di situ,” kata Mansyur.
Menurut Mansyur, bila tidak dilakukan buka tutup pintu utama Workshop, maka akan memungkinkan banyak pencuri yang merajalela di kampus.
“Akan sulit melakukan pengejaran. Apalagi ketika kita buka, ada beberapa pencuri yang lolos, ” ucapnya.
“Jelek sekali kampusta kita, banyak sekali jalan kecilta. Kita pernah hitung-hitung ada 18 jalanan kecil dan itu juga yang membuat kita sering kewalahan melakukan pengejaran pencuri,” timpal Alimin, satpam yang lain.
Sebelum langkah buka tutup pintu utama diberlakukan, pihak keamanan Unhas sebenarnya sudah melakukan upaya lain seperti patroli rutin di tiap fakultas, dan penjagaan di beberapa pos satpam baru yang dibuat. Pemantauan dilakukan di workshop, pos tengah dan pos pembantu.
“Kita tempatkan semua di tempat lain yang kita anggap rawan, artinya bisa saja terjadi apa-apa di situ. Titik rawan banyak begal anggota di workshop sampai peternakan, danau keliling di situ perlu dipantau sama anggota,” jelas Mansyur.
Namun hal ini tak berjalan efektif lantaran kurangnya jumlah satpam. Jmlah personil saat ini yang mencapai 142 orang dirasa belum mencukupi.
“Sebenarnya setelah dihitung kita kurang kalau mau semua dihitung (pos penjagaan), masih butuh 38 orang lagi. Sudah terisi, tapi kita sudah ajukan, tinggal ditunggu keputusan dari atas,” tutur Mansyur.
Buka Tutup Gerbang Bukan Solusi
Alasan buku tutup pintu utama, termasuk gerbang Workshop dinilai tidak efektif oleh mahasiswa. Sebab, hingga saat ini tindak kriminal di Unhas tetap saja terjadi.
“Sebenarnya jika alasan keamanan, tidak adaji pengaruhnya karena lebih aman kalau pintu utama dibuka. Kalau jalan sempit, takutnya nanti ada mahasiswa yang jatuh karena rebutan mau jalan duluan, akibat antrian panjang,” ujar Zul, mahasiswa Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Unhas.
Ditutupnya gerbang utama Workshop memang menyebabkan pengendara motor harus lewat di jembatan kecil di atas kanal. Sehingga, jika banyak motor yang bersamaan ingin lewat, harus antri dan bergantian. Peristiwa pengendara motor terjatuh di kanal juga sudah beberapa kali terjadi.
Malah Zul mencuriga, alasan keamanan hanya jadi dalih semata. Aturan buka tutup pintu utama dicuriga untuk menghentikan aktivitas mahasiswa agar tak berkeliaran di kampus pada malam hari.
“Dulu juga pintu satu buka 24 jam, sekarang pukul 22, tentu ini ada kaitannya dengan jam malam,“ ungkapnya.
“Tiap hariki di kampus, kayaknya tidak adaji bedanya, kalau masalah motorji yang hilang , tidak berkurangji. Tiap tahun pasti selalu ada yang hilang,” tambahnya.
Senada dengan Zul, mahasiswa Ilmu Kelautan Sri Wahyu Ningsi pun mengutarakan hal yang sama. Menurutnya pintu Workshop bukan solusi untuk menekan tindak kriminalitas di kampus.
“Aturan pintu gerbang Workshop yang hanya buka pagi sampai sore dan tutup pada malam hari serta hari-hari libur, sangat tidak wajar karena buat apa gerbang itu dibuat besar-besar kalau tidak untuk dilewati. Sedang masih ada jalan kecil yang dibiarkan terbuka, kan banyak orang antrian dan akan berpotensi jatuh. Bayangkan saja untuk masuk kita harus antri panjang. Kalaupun alasannya untuk keamanan, toh kenyataannya sekarang tetap banyak pembegal di daerah Workshop,” jelasnya. (*)
Reporter: Andi Ningsih