Mahasiswa Fakultas Keperawatan (FKep) Universitas Hasanuddin (Unhas), Andi Fitria Idham adalah sosok inspiratif dengan tekad yang tak gentar. Untuk pertama kalinya, FKep Unhas berhasil memiliki wakil di ajang Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Pilmapres) 2024 lalu, dan mencetak sejarah sebagai delegasi yang membawa harum nama almamater.
“Mapres utamanya Unhas sebelumnya tidak pernah ada mahasiswa dari Fakultas Keperawatan. Jangankan dipilih jadi delegasi, masuk untuk 3 besar saja sebelumnya kita dari Keperawatan belum pernah,” ucapnya dengan rasa bangga, Selasa (13/08).
Sejak menginjakkan kaki pertama kali di Unhas, wanita yang akrab disapa Tory ini mencoba berbagai macam pengalaman untuk mengaktualisasikan diri. Keinginan untuk beristirahat sejenak dan hanya ingin mengexplore pengalaman di semester akhir pun berbanding terbalik.
Sebelumnya, pada tahun 2022, Tory dianugerahi penghargaan “The Most Inspiring Student of Hasanuddin University”. Tahun berikutnya, ia menjadi Mahasiswa Berprestasi Unhas ke-2, dan akhirnya meraih gelar utama di tahun 2024.
“Saya merasa ini bukan hanya pencapaian pribadi, tetapi juga tonggak sejarah bagi fakultas kami,” ungkapnya.
Dari awal kuliahnya, Tory sudah menunjukkan antusiasme tinggi untuk mengembangkan diri di luar kelas. Ia aktif dalam organisasi debat, seperti Nursing and Physiotherapy Debate Society (NPDS), yang ia pimpin sebagai ketua umum pertama, serta Hasanuddin English Debate Society (HEDS). Tidak hanya itu, Tory juga menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Ilmu Keperawatan, menyeimbangkan aktivitasnya antara akademik dan organisasi.
Ketertarikan Tory terhadap dunia debat sebenarnya sudah muncul sejak SMA. “Waktu itu saya sering ikut lomba karena lingkungan saya mendukung. Orang tua juga selalu memberikan motivasi, baik saat saya menang maupun kalah,” katanya. Bahkan, rasa fear of missing out (FOMO) saat teman-temannya aktif di berbagai kegiatan menjadi pemicu awal ia mencoba banyak hal.
Selain unggul dalam debat, Tory juga tertarik pada inovasi teknologi. Skripsinya menjadi salah satu contoh nyata minatnya dengan merancang aplikasi kesehatan berbasis structural gamification untuk mempromosikan pola hidup sehat di masyarakat. Aplikasi ini mengintegrasikan fitur-fitur permainan seperti pengumpulan poin, papan peringkat, tantangan, dan penghargaan untuk mendorong pengguna menerapkan kebiasaan sehat.
Bahkan, pada Pilmapres 2024, Tory juga membahas pentingnya teknologi dalam meningkatkan keselamatan pasien di dunia keperawatan. Ia menyebut teknologi bisa menjadi jembatan antara perawat dan pasien, terutama dalam memberikan pelayanan yang lebih aman dan efisien.
Bagi Tory, manajemen waktu menjadi salah satu tantangan terbesarnya selama masa kuliah. Sistem pembelajaran berbasis blok di Fakultas Keperawatan membuat jadwalnya padat, dengan kuliah setiap hari dari pukul 08.00 hingga 16.00. Meski begitu, ia berhasil menyeimbangkan waktu antara kuliah dan kegiatan lain.
Tidak berhenti di situ, ia juga kerap membagikan kisah dan motivasinya sebagai Mahasiswa Berprestasi (Mapres) Unhas diberbagai talkshow, salah satunya pada Talkshow Inspirasi bertajuk “Prestasi & Talenta Mahasiswa” yang diadakan di Baruga Prof Dr H Baharuddin Lopa SH September lalu. Disana, Tory mengungkapkan prinsip yang selalu ia pegang teguh sebagai mahasiswa adalah dengan memberikan timbal balik kepada tempat yang telah memberinya kesempatan.
Tory juga berbagi cerita menarik tentang bagaimana media sosial berperan penting dalam perjalanan prestasinya. Ia bercerita tentang pengalaman menemukan peluang untuk mengikuti lomba internasional melalui iklan yang muncul secara tak terduga di platform tersebut.
“Tiba-tiba ada iklan Instagram muncul, terus ada tulisannya kalau lulus bisa ke Korea Selatan dan dapat hadiah lagi kalau menang. Kadang kesempatan seperti itu datang dari hal-hal yang tidak kita duga,” tambah Tory, Sabtu (28/09).
Cerita ini menjadi pengingat bahwa peluang bisa datang dari mana saja, bahkan dari hal-hal yang terlihat sepele seperti scrolling media sosial.
Di semester akhir, Tory menjalani beberapa pengalaman internasional untuk memperkaya perspektifnya. Ia mencoba magang di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur. Disana, ia membantu WNI terlantar, sebuah pengalaman yang relevan dengan latar belakang keperawatannya. Selain itu, Tory juga sempat mengikuti program pertukaran pelajar ke National University of Singapore (NUS), yang memberinya wawasan lebih luas tentang dunia kesehatan global.
Kecakapan Tory dalam berbahasa Inggris juga menjadi salah satu asetnya. Sejak kecil, ia terbiasa menonton film dan mendengarkan musik dalam bahasa Inggris berkat kebiasaan yang ditanamkan orang tuanya. Tidak hanya itu, Tory juga pernah menjadi tutor bahasa Inggris dan membagikan ilmunya kepada mahasiswa lain.
Bagi Tory, masa kuliah adalah waktu yang tidak bisa diulang. Ia mendorong mahasiswa untuk mencoba sebanyak mungkin kegiatan, meskipun pada awalnya merasa ragu. Ia menekankan bahwa setiap pengalaman, baik menang maupun kalah, membawa pembelajaran berharga.
“Jangan takut mencoba. Ikuti prosesnya, tapi tetap prioritaskan kuliah. Kuliah adalah tugas utama mahasiswa,” pesannya.
Aliyah Fadhilah