Judul: Cita-Citaku Setinggi Tanah
Genre: Drama
Durasi: 79 menit
Tanggal Rilis: 11 Oktober 2012
Sutradara: Eugene Panji
“Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang.”
Kamu pasti sudah tidak asing dengan kutipan di atas. Salah satu kutipan terkenal dari tokoh kemerdekaan Indonesia, Ir. Soekarno yang sering terdengar dari mulut para guru untuk siswanya. Dari pesan itu, kita diajarkan untuk tidak takut bermimpi setinggi mungkin, sebab jika kita betul mengejar mimpi itu dan tanpa diminta gagal, kita tetap akan mendapatkan hasil yang baik. Berbeda dengan kutipan itu, Eugene Panji, seorang art director justru mengajak anak-anak bahwa hal sepele pun dapat dijadikan cita-cita. Hal ini dikemasnya dalam film bertajuk Stepping on the Flying Grass atau Cita-Citaku Setinggi Tanah.
Film yang dirilis pada 2012 tersebut mengisahkan seorang siswa bernama Agus yang hidup di suatu desa di kaki Gunung Merapi, Muntilan, Jawa Tengah. Diceritakan, Agus merupakan anak dari keluarga sederhana. Ayahnya bekerja di pabrik tahu, sementara ibunya seorang ibu rumah tangga. Setiap hari, keluarga Agus tak pernah lepas dari tahu bacem sebagai lauk mereka saat makan. Entah itu pagi, siang, atau malam. Keseharian inilah yang membuat Agus sangat bercita-cita untuk merasakan nikmat makan di sebuah restoran Padang.
Menurutnya, makan di sana sangatlah mewah. Pelanggan dijamu layaknya raja, dihidangkan berbagai banyak pilihan makanan sampai mejanya penuh. Mimpinya itu tentu menuai ejekan dari teman-temannya. Di saat yang lain berkeinginan menjadi tentara, guru, bahkan artis, mimpi Agus begitu remeh di mata mereka. Meskipun begitu, anak itu tak gentar. Ia tak menghiraukan ucapan orang lain dan tetap berusaha menggapai mimpinya, apalagi hal ini sejalan dengan tugas yang diberikan guru, yaitu menulis karangan terkait cita-cita mereka.
Satu hal yang dilakukan Agus demi mewujudkan mimpi sederhananya itu adalah dengan menabung. Uang jajan yang diberi orang tuanya selalu Agus sisihkan. Ia rela menelan air liur melihat teman-temannya leluasa belanja makanan ataupun mainan demi menikmati santapan impiannya di restoran Padang. Tak sampai situ, ia juga harus memutar otak untuk menghasilkan rupiah di saat keadaan ekonomi keluarganya sedang buruk.
“Cita-cita itu tidak cuma untuk ditulis saja, tapi untuk diwujudkan,” ucap tetangga Agus, Mbah Tapak.
Film Cita-Citaku Setinggi Tanah berhasil menyajikan pesan moral tanpa kesan seolah menggurui. Para penonton diajak menemani Agus menggapai cita-cita kecilnya dengan sangat menyentuh hati. Tak hanya berfokus pada kisah Agus, film ini juga diselingi dengan kisah tiga sahabat Agus. Sri misalnya. Gadis kecil itu dilahirkan mewarisi cita-cita ibunya yang tak sampai. Sejak kecil, ia dilatih berpenampilan dan berlakon layaknya selebriti. Sri bahkan mengubah nama panggilannya menjadi Mey hanya karena dinilai tak laku di dunia layar kaca.
Dibalut dengan percakapan berbahasa Jawa, nilai Indonesia dalam film ini menjadi salah satu kelebihannya. Persahabatan antar tokoh juga memberi kesan hangat sepanjang film. Belum lagi konflik keluarga yang turut memberi warna, menjadikan film ini semakin dekat dengan para penonton, utamanya bagi anak-anak.
Film perdana Eugene Panji tersebut mengajarkan pentingnya cita-cita dalam menuntun kita menjalani hidup. Tak masalah kita mulai bermimpi kecil dan dianggap enteng. Sebab, hal inilah yang nantinya menyadarkan kita akan cita-cita besar kita. Kisah Agus dan kawannya ini pula yang mengingatkan kita bahwa kebahagiaan bisa muncul dari hal-hal sederhana, tak melulu soal hal mewah atau harus setinggi langit.
Film ini menjadi salah satu tonton yang dapat dikonsumsi semua kalangan. Film ini juga cocok ditonton bersama keluarga atau teman atas semua pesan-pesan yang disiratkannya. Jika kamu tertarik menonton film ini, kamu dapat menyaksikannya secara gratis di layanan streaming Sinedu.id.
Nurul Fahmi Bandang