Himpunan Mahasiswa Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (Unhas) bekerja sama dengan Stop TB Partnership Indonesia menggelar Seminar Nasional bertajuk “TB Care Youth Summit on Public Health (TCYSPH) Unhas 2024” di Baruga Prof Dr H Baharuddin Lopa SH, Sabtu (16/11).
Salah satu panelis sekaligus Co-Founder Yamali TB Sulawesi Selatan (Sulsel), Wahriyadi, menyampaikan materi terkait peran masyarakat dalam penanggulangan tuberkulosis (TBC) dari perspektif komunitas.
Pada pemaparannya, Wahriyadi menjelaskan bahwa tantangan utama dalam penanganan TBC meliputi penemuan kasus, pendampingan pasien, dan pencegahan penularan.
“Menurut teori, satu orang yang tidak mendapatkan pengobatan dapat menularkan TBC kepada 10 hingga 15 orang lainnya dalam satu tahun. Inilah sebabnya penyakit tersebut sulit diberantas,” jelas Wahriyadi.
Ia juga menambahkan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia sebenarnya memiliki kuman TBC dalam tubuhnya yang tidak aktif. Namun, kuman tersebut dapat berkembang menjadi penyakit jika daya tahan tubuh menurun.
Lebih lanjut, Wahriyadi menyebutkan bahwa komunitas atau kelompok masyarakat memiliki peran penting dalam penanganan kasus TBC di Indonesia, seperti membentuk dan mengelola komunitas peduli TBC. Komunitas ini dapat berkontribusi melalui pengadvokasian, termasuk usulan penganggaran untuk program-program penanggulangan TBC.
“Di lingkup kampus, teman-teman juga bisa membentuk komunitas peduli TBC. Saat ini, tren yang berkembang adalah membangun komunitas socialpreneur, yaitu komunitas yang tidak hanya memberikan dampak sosial tetapi juga berkelanjutan,” tambahnya.
Sebagai penutup, Co-Founder Yamali TB Sulsel mengajak seluruh peserta seminar untuk berkolaborasi dalam mengatasi kasus TBC. Ia juga menekankan pentingnya keterlibatan lintas sektor, tidak hanya terbatas pada bidang kesehatan masyarakat.
Adrian