Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri Unhas menunjukkan keinginannya untuk terus berinovasi demi kemajuan pelayanan dan pendidikan di bidang kesehatan. Salah satu jalan yang ditempuh ialah mengajukan proposal tuk memperoleh pinjaman dari Bank KFW Jerman.
Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas yang sangat dibutuhkan semua orang, tak terkecuali mahasiswa. Dari sekian banyaknya universitas di Indonesia, Universitas Hasanuddin (Unhas) adalah salah satu universitas yang mempunyai rumah sakit sendiri atau lebih tepatnya Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri (RSPTN).
Di tahun 2008, tepatnya bulan September, Rektor Unhas kala itu, Prof Dr dr Idrus A Patturusi meletakkan batu pertama pembangunan rumah sakit yang berlantai enam di samping kiri pintu dua Unhas. Lalu, RSPTN tersebut mulai beroperasi pada tahun 2010. Di awal berdirinya, RSPTN bertujuan menunjang tenaga kedokteran yang profesional. Selain menyediakan layanan juga merupakan wadah pendidikan untuk mahasiswa Unhas dan universitas lainnya.
Dilansir dari bundel identitas Unhas tahun 2008 bahwa dana awal pembangunan rumah sakit ini diperoleh dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Prof Irawan mengungkapkan bahwa dana APBN tak bisa sepenuhnya memenuhi biaya operasional RSPTN. Oleh sebab itu, ada pula dana operasional yang digunakan dari Pendapatan Negara Bebas Pajak (PNBP) milik Fakultas Kedokteraan. Selain itu juga berasal dari sumber-sumber pembiayaan lain, salah satunya dari Islamic Development Bank (IDB).
Kemudian demi meningkatkan pelayanan dan pendidikan, RSPTN mengajukan proposal ke Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) melalui Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Dari jalur tersebut Unhas mendapatkan pinjaman dari Bank KFW Jerman.
“Penerimaan bantuan dari Bank KFW Jerman berbentuk utang pinjaman lunak yang mana secara utuh kita masukkan proposal kepada Bappenas melalui Kemenristekdikti,”kata Direktur RSPTN Unhas, Dr dr Syafri K Arif Sp An KIC KAKV saat diwawancarai di ruangannya.
Dalam proses tender tersebut RSPTN Unhas juga melibatkan banyak pihak, antara lain pihak manajemen RSPTN, pihak rektorat hingga pihak Kemenristekdikti. Proses ini juga biasa dikenal dengan proses lelang. Di sini dilihat dari sisi harga sampai after sales, semua itu ditentukan oleh tim yang dibentuk.
“Karena merupakan bantuan, pelelangannya pun tak hanya di taraf nasional tetapi sampai taraf internasional,”tambahnya.
Dengan pinjaman lunak, RSPTN tidak perlu bersusah payah untuk mengembalikan dana pembangunan. Pemerintah yang akan membayarkan pinjaman itu.
“Itu sebetulnya pinjaman lunak yang akan dibayarkan negara. Maka itu peruntukkannya ialah menunjang pendidikan bidang kesehatan. Jadi, bukan hanya dokter tapi perawat, kesehatan masyarakat juga dapat melakukan pembelajaran di RSPTN ini,”ujar.
Syafri juga menyebutkan bahwa bantuan dengan nominal sekitar 400 Milyar, RSPTN berencana membangun beberapa pusat unggulan, yakni Pusat Pelayanan Kanker, Pusat Pelayanan Trauma, Pusat Pelayanan Fertility, dan Pusat Pelayanan Mata. Selain itu juga akan dibangun Pusat Neuro Intervensi serta pusat Simulasi Pendidikan, Kedokteran dan Kesehatan.
“Nanti itu ada simulation center yang diperuntukkan bagi fakultas yang akan mendidik orang bisa mahir melakukan suatu spesialistik. Walaupun mungkin dia bukan fakultas kedokteraan, bisa aja Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Farmasi yang akan menggunakan simulation center tersebut,”terang Syafri.
Sebagai salah satu aset Unhas, tentunya RS Unhas telah berkontribusi sebagai penyumbang pemasukan, walaupun bukan penyumbang terbesar. Namun patut dibanggakan karena dari tahun ke tahun pendapatannya terus bertambah. Pada tahun 2017 RSPTN mengantongi pendapatan sebesar 70 hingga 80 Milyar. Sedangkan untuk bulan November 2018 akumulasi pendapatan sudah mencapai 80 Milyar belum ditambah dengan yang masih dalam bentuk piutang. Dalam hal ini Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yaitu sebesar 20 Milyar.
Jadi apabila diakumulasi lebih lanjut pendapatan RSPTN Unhas menyentuh angka 100 Milyar. Di tahun selanjutnya, Syafri mengharapkan pendapatan RSPTN Unhas bisa mencapai 120 Milyar.
“Kalau saya mengharapkan pendapatan di tahun depan 100 sampai 120 Milyar,” jawabnya dengan penuh keyakinan.
Dengan inovasi-inovasi pembangunan yang diadakan dan terus meningkatnya pendapatan tiap tahunnya, bukan tidak mungkin RSPTN di Makassar ini akan berkontribusi lebih besar lagi sebagai penyumbang income bagi Unhas.
Selanjutnya, direktur keempat RSPTN Unhas tersebut berharap melalui bantuan ini RSPTN bisa membangun berbagai fasilitas pendukung. Dengan begitu dapat menjadikannya sebagai pusat unggulan pelayanan dan pendidikan kedokteran dan kesehatan terkemuka di Indonesia.
Reporter: Arisal