“Ketika ditanya mengenai bagaimana cara membagi waktu, kami tidak membaginya. Kami berselancar diatasnya, bersama-sama,”
Itulah prinsip alumnus magister Ilmu Komunikasi Unhas, Viny Mamonto, yang menghadapi babak baru dalam hidupnya segera setelah menikah dengan Saleh Hariwibowo. Diberkahi seorang anak, ia mengaku mengurus anak ditengah kesibukan profesinya sebagai Master Ceremony (MC), penyanyi dan content creator adalah tantangan tersendiri.
Saat ini, Viny dan suaminya yang akrab dipanggil Ale, menggarap proyek band bernama Ruang Baca. “Saya dan suami sering menyebut Ruang Baca sebagai ruang kami tempat saling tahu dan saling baca,” tuturnya.
Selama menjadi vokalis ruang baca, ibu rumah tangga ini mengaku telah meluncurkan satu album dan satu single. Diantara karya lagu yang dihasilkan beberapa diantaranya berawal dari puisi. Musikalisasi puisi, begitulah ia menyebut karya hasil perpaduan guratan tangan dan untaian nada yang mereka hasilkan.
Lebih lanjut Viny menceritakan salah satu karyanya hasil kerja bersama Makassar Biennale, isi piringku. Ia mengaku bahwa karya isi piringku adalah hasil eksplorasi setelah menikah, dirinya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, utamanya bagian dapur sebagai istri.
Bagi Viny, dapur dekat hubungannya dengan perempuan, sebab di dalamnya ada keriuhan emosi dan intuisi dari seorang wanita. “Dapur bukan hanya berbicara tentang seorang perempuan, lebih dari itu berbicara soal dapur ialah berbicara tentang bagaimana ketahanan hidup keluarga sebagai pranata utama negara,” tegasnya.
Ada beberapa poin yang ingin alumni pengurus Kata Kerja ini tekankan dalam karya tersebut. Yang pertama adalah tentang beberapa perempuan yang hanya memiliki satu pilihan selama ia lahir sampai menikah, bagaimana kemudian ia menikmati kesengsaraannya di dalam dapur.
Selain itu, Viny menyadari ternyata bebunyian dapur itu riuh sekali, riuh akan emosi dan intuisi dan itu yang coba ia rekam. Lalu, berbicara soal isi piring juga berbicara tentang pilihan makan dan bagaimana kita melihat diri kita 20-30 tahun kedepan.
“Intinya isi piring menggambarkan perancangan masa depan kita sebenarnya,” lanjut Viny.
Selain aktif sebagai penyanyi, perempuan asal Kota Mobagu, Sulawesi Utara ini juga berprofesi sebagai MC. Ia mengaku profesinya sebagai MC berawal dari dirinya yang pernah menjadi penyiar radio saat duduk di bangku SMA. Tawaran itu ia dapat dari pendengarnya di radio.
Sekian lama menjadi seorang MC membuat Viny mendapat banyak hal baru yang menarik. Diantaranya ketika ia menyadari bahwa menjadi seorang MC tidak hanya soal bicara sekenanya tentang acara tersebut.
Menurutnya, selain memberi informasi ke hadirin tentang jalannya acara, menjadi seorang MC itu harus lebih interaktif. “Bagaimana tamu merasa terikat dengan acara dan yang terpenting tidak jenuh mendengar kita yang terus-menerus bicara,” jelasnya.
Dibalik semua profesi yang dijalani, Viny mampu menyeimbangkan karier dengan kehidupan pribadinya, bahkan di saat ia juga menjadi seorang ibu rumah tangga. Sebagai seorang istri dan seorang ibu, tentunya tak mudah mengatur waktu di tengah berbagai kesibukannya. Untungnya ia dan sang suami sepakat bahwa mengurus anak bukan cuma menjadi tugas istri.
Jauh sebelum putranya, Fahim Ahimsa, hadir dalam keluarga kecilnya, Viny dan suami mengatakan sudah memutuskan bagaimana pembagian pola asuh anak termasuk pembagian waktu itu sendiri. Ia menyadari kalau Aim, sapaan akrabnya, dalam masa pertumbuhan tentu butuh ruang bermain bersama bapak dan mamanya.
Namun seiring dengan pekerjaan yang jadwalnya kian memadat, pasangan itu merasa sudah tidak punya waktu tersisa. Jadi, ketika ditanya mengenai bagaimana cara membagi waktu, mereka mengaku tidak lagi membaginya. “Kami berselancar diatasnya, bersama-sama,” ujar Viny.
Tak jarang, profesinya membuatnya harus membawa sang anak ke tempat kerja. Hal ini memunculkan berbagai stigma dari banyak orang. Namun Viny mengatakan tidak ambil pusing ketika mendapat stigma negatif.
Viny menekankan pentingnya menyaring masukan dari orang di sekitarnya.
“Stigma orang-orang tidak akan menurunkan nilai kepercayaan terhadap apa yang saya pilih, kalau semua kritik mau didengarkan bias-bisa capek sendiri,” lanjutnya.
Lebih lanjut ia berharap bahwa apa yang ia jalani semoga selalu menjadi berkah baginya dan juga orang lain.
Wahidah