Bertempat sangat strategis, Sobat iden pasti tidak asing lagi dengan Kudapan BNI. Akan tetapi, tahukah kamu bagaimana sejarah salah satu tempat makan favorit mahasiswa Unhas itu?
Kudapan BNI merupakan wadah bagi sejumlah kios makanan di dalamnya. Disebut berada di lokasi strategis, Kudapan BNI bertempat di area kelas Perkuliahan Bersama (PB), Perpustakaan Pusat, dan tidak begitu jauh dari Gedung Rektorat Unhas. Selain itu, areanya cukup luas bahkan terdiri dari dua lantai.
Awalnya, tempat makan ini didirikan pada 1987 dengan sebutan Jasa Boga (Jasbog). Sejak awal dibuka, menu yang disajikan begitu beragam. Mulai dari nasi campur, bakso super, ayam goreng, sampai buras dan ketupat.
Jasbog memang dipandang memenuhi kriteria kesehatan, kebersihan, bahkan keindahan. Meskipun begitu, tetap saja terdapat kelemahan bila dibandingkan dengan kantin lainnya. Jasbog dinilai kurang cocok dengan jangkauan saku seluruh mahasiswa. Di mana harga menunya berkisar pada 150 hingga 400 rupiah pada 1987.
Setelah berdiri bertahun-tahun, Jasbog kemudian direnovasi besar-besaran pada 13 Februari 2015. Pembangunan tersebut bekerja sama dengan pihak BNI yang mengusulkan dana hibah di mana biaya dan fasilitas pembangunan akan ditanggung penuh oleh BNI, sementara Unhas hanya perlu melakukan kontrol terhadap prosesnya.
Dari pembangunan tersebut, para pedagang Jasbog kehilangan tempat dan terpaksa pindah lokasi untuk untuk mencari nafkah. Ada dari mereka yang berjualan di kantin lain seperti Jasa Pertanian (Jasper), bahkan ada yang harus beralih profesi menjadi cleaning service.
“Orang-orang di sini sudah punya pelanggan tetap, jadi kami yang baru pindah kesini pembelinya tidak seberapa,” ujar Jumiati, salah satu pedagang Jasbog yang pindah ke Jasper selama renovasi Jasbog saat ditemui pada Senin, 23 Februari 2015.
Setelah berbulan-bulan pelaksanaan renovasi, kantin Jasbog kembali dibuka dengan perubahan nama menjadi Kuliner Dapur Nusantara (Kudapan) BNI. Sistem perdagangan di dalam pun turut berganti. Hanya akan ada 25 pedagang asli Jasbog yang tetap berjualan, ditambah lima pedagang dharma wanita.
Dikutip dari identitasunhas.com, Kudapan BNI kembali direnovasi pada 15-30 September 2018. Pada renovasi kali ini, dilakukan penataan dan penyeragaman gerobak yang menyebabkan para penjual mesti mencari alternatif tempat berdagang atau memutuskan rehat dahulu.
Sebagai kompensasi, pihak Unhas membebaskan biaya sewa di bulan September sehingga para pedagang tak perlu membayar iuran selama renovasi tersebut. Mereka baru diperbolehkan kembali menjalankan rutinitasnya di Kudapan pada 1 Oktober 2018.
“Waktu renovasi sebelumnya itu sempat lebih lama. Kudapan ini juga sebenarnya sudah tiga kali diadakan perbaikan, tapi rencana sebelumnya tentang pengadaan kasir tidak terlaksana,” ujar salah seorang pedagang di Kudapan yang tak ingin disebutkan namanya pada Kamis, 13 September 2018.
Pemberlakuan kasir yang belum terlaksana itu baru diusung kembali pada 2020, dimulai dengan sosialisasi yang dilakukan Direktur Inovasi dan Kewirausahaan Unhas. Tertulis dalam salah satu berita di identitasunhas.com, penjual menentang kebijakan itu atas dasar pemotongan hasil jualan 10% per hari yang dapat memberatkan, pasalnya tidak semua penjual penghasilan dan pengeluarannya sama. Selain itu, sistem ini juga mengharuskan mahasiswa mengantre terlebih dahulu untuk membayar.
Melalui beberapa kali perundingan, penjual dan pihak Unhas akhirnya sepakat menerapkan sistem kasir di Kudapan BNI pada 27 Januari 2020. Di mana terhitung mulai tanggal tersebut pula, proses pembelanjaan di tempat makan itu harus melalui kasir dengan pemotongan 7,5% dari hasil penjualan.
Adapun alur transaksinya dimulai dengan pembeli mengambil lembar menu di kedai dan memilih pesanannya. Lalu pembeli menyerahkan lembaran tersebut di kasir sekaligus membayar. Pembeli kemudian kembali ke penjual untuk menyerahkan struk pembayaran. Makanan akan disiapkan dan diantar ke meja pembeli atau dapat diambil sendiri di kedai.
Sayangnya, sistem ini kemudian dihentikan setelah kurang lebih enam bulan diterapkan. Diceritakan dalam sebuah berita pada identitasunhas.com, di bulan pertama berlakunya sistem kasir ini, mahasiswa mengeluhkan ramainya Kudapan dan bagaimana mereka harus mengantre dua kali di suasana seperti itu.
“Anak-anak kan maunya cepat, sedangkan kalau kasir pakai sistem antre dulu. Mahasiswa kan tidak punya waktu lama, jadi sistem ini tidak efisien,” terang pemilik Kedai Es Teh di Kudapan BNI, Kamis (15/6/2023).
Sekarang, bisa kita saksikan sendiri bagaimana suasana Kudapan BNI yang selalu ramai di jam makan siang tanpa perlu mengantre dua kali seperti pada tahun 2020. Meskipun begitu, akankah sistem kasir akan kembali diberlakukan di Kudapan BNI? Atau mungkin akan ada lagi inovasi baru yang dapat mempersingkat waktu menunggu para pelanggan?
Nurul Fahmi Bandang