Sejak dulu, manusia sudah memanfaatkan sumber daya di sekitarnya untuk menyembuhkan penyakit. Baik itu tanaman maupun hewan. Cara mengolahnya pun berbeda-beda untuk kemudian diaplikasikan ke manusia. Usaha penyembuhan dengan menggunakan bahan dari lingkungan sekitar biasa disebut pengobatan alternatif. Namun, cara pengolahan yang salah tidak akan memberikan hasil maksimal.
Sehubungan dengan hal tersebut, Prof Dr dr Nurpudji Astuti Daud MPH Sp GK bersama dengan timnya, tertarik untuk meneliti cara pengolahan tanaman paling efektif dengan hasil yang maksimal. Nurpudji menjadikan daun kersen (Muntingia Calabura L.) sebagai objek yang akan diamati.
Daun kersen dipilih karena merupakan tanaman lokal di Indonesia yang membuatnya sangat mudah didapatkan di mana saja. Apalagi kepercayaan orang-orang dahulu, tanaman ini dapat menyembuhkan bermacam penyakit. Tidak hanya itu, dr Nurpudji mengungkapkan daun kersen dapat digunakan sebagai obat untuk infeksi, luka, meredakan rasa nyeri, bahkan anti diabetes.
“Saya senang sekali meneliti hal-hal dasar yang ada di sekitar kita, seperti memanfaatkan tanaman yang dapat menyembuhkan penyakit,” ujar dosen kedokteraan ini.
Untuk mengetahui kandungan daun kersen, dr Nurpudji melakukan berbagai teknik pengeringan. Di antaranya menggunakan vakum oven dengan suhu 40 derajat Celcius selama enam jam. Setelah dikeringkan, daun kersen diekstrak dan diteliti kandungannya.
Berdasarkan hasil pengujian tersebut, daun kersen mengandung polifenol, flavonoid, hingga fenolik dan antioksidan yang cukup tinggi. Hal ini menunjukkan kapabilitas daun kersen untuk dijadikan obat alternatif.
Selain itu, hasil pengeringan ini juga mengungkapkan metode menggunakan vakum oven lebih efektif dibandingkan dengan pengeringan biasa. Dapat dilihat dari kadar senyawa dengan menggunakan vakum oven lebih tinggi daripada pengeringan dengan di angin-anginkan. Metode pengeringan tradisional yang memanfaatkkan laju aliran udara untuk mengurangi kadar air.
Penelitian yang dimulai pada awal tahun 2020, dan pada tahap ke dua akan dilakukan percobaan pada binatang seperti tikus. Supaya dapat melihat efek ekstrak daun kersen terhadap makhluk hidup, dr Nurpudji menegaskan ekstrak daun kersen sudah diketahui memiliki manfaat. Namun, pengujian tetap harus dilakukan agar dapat ditentukan dosis atau pemakaian yang tepat, sehingga lebih efektif untuk menyembuhkan penyakit seperti diabetes.
“Pengujian lebih lanjut bertujuan untuk mendapatkan dosis yang tepat, sehingga meminimalisir efek samping,” jelasnya.
Perempuan yang pernah terpilih menjadi dosen berprestasi Unhas 2009 ini, menjelaskan setelah uji tahap ke dua akan dilanjutkan dengan uji klinik. Kemudian baru dapat diaplikasikan ke manusia, sebagai obat alternatif
Dalam meneliti, dr Nurpudji menuturkan kendala yang dirasakan pada saat pengiriman sampel ekstrak daun kersen ke laboratorium di Jakarta untuk melihat kandungan yang ada dalam tanaman ini.
Di samping hal tersebut, dr Nurpudji berharap hasil penelitian yang dilakukannya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. “Setelah melewati pengujian dan betul-betul terbukti ekstrak daun ini dapat menyembuhkan, serta dapat digunakan masyarakat untuk pengobatan misalnya gula darah,” tutupnya.
Anisa Lutfia Basri