Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) cabang Makassar melaksanakan Makassar Cardiovascular Update XXIII 2025 (MCVU) bertajuk “Target Organ In Crisis: Emergency Perspectives On Hypertension In Heart, Renal, And Cerebral Systems”. Kegiatan ini berlangsung di Ballroom Sandeq, Claro Hotel Makassar, Minggu (13/07).
Kegiatan menghadirkan Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Dr dr Haerani Rasyid M Kes SpGK Sp PD KGH, sebagai salah satu pemateri. Adapun topik yang dibahas ialah “Hypertensive Crisis in Kidney Disease: Current Insights and Future Directions”.
Dalam pemaparannya, ia menjelaskan perkembangan definisi krisis hipertensi, termasuk konsensus 2024 yang menambahkan kategori impending hypertensive emergency tekanan darah sangat tinggi dengan risiko kerusakan organ yang belum nyata.
“Kita harus mampu membedakan antara emergency dan urgency. Kuncinya ialah penilaian adanya kerusakan organ target otak, jantung, dan ginjal,” ujar Dokter Spesialis Penyakit Dalam itu.
Lebih lanjut, Prof Haerani juga menegaskan penyakit ginjal kronik (CKD) dan krisis hipertensi memiliki hubungan timbal balik yang erat. Hipertensi yang dapat memperburuk fungsi ginjal, sebaliknya CKD dapat memicu hipertensi yang sulit dikendalikan.
“Ini adalah lingkaran setan, entah siapa yang memulai dan mengakhiri, tapi ini saling memperparah,” jelas wanita kelahiran 68 itu.
Penanganan krisis hipertensi menurutnya harus disesuaikan dengan kondisi pasien. Obat-obatan intravena seperti nicardipine dan nitrogliserin diberikan pada hipertensi emergency, sementara terapi oral digunakan untuk kasus urgency.
“Tujuan utama kita adalah mencegah krisis sejak dini melalui kontrol tekanan darah yang optimal dan pendekatan berbasis precision medicine,” tutupnya.
Rizqiyah Awaliyah
