International Office (IO) Universitas Hasanuddin (Unhas) mengadakan International Academic Consortium for Sustainable Cities Conference (IACSC) ke-16 berlokasi di Unhas Hotel & Convention, Senin (04/08).
IACSC dihadiri oleh Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unhas, Prof Sukri Palutturi PhD sebagai salah satu pembicara dari sudut pandang kesehatan.
Pada awal kesempatannya, ia menyoroti isu terkait kesehatan yang mendera kota-kota besar seperti Manila dan Hanoi. Di antaranya seperti over population, masalah sanitasi, sistem transportasi, dan kualitas udara yang buruk.
Dekan FKM tersebut menyatakan berbagai permasalahan tersebut berpotensi membawa masalah baru di luar isu lingkungan. “Masalah di perkotaan saat ini tidak hanya mengenai masalah fisik dan lingkungan, tetapi membawa dampak sosial pula kedepannya,” ujarnya.
Menanggapi masalah ini, Prof Sukri mengatakan World Health Organization (WHO) telah memperkenalkan sebuah konsep untuk mengatasi dua masalah pada kota besar. Hal ini tidak terbatas hanya pada masalah lingkungan, tetapi menyentuh masalah sosial, yang disebut dengan konsep “Healthy City”.
“A healthy city merupakan lingkungan yang menempatkan kesehatan, kesejahteraan sosial, kesetaraan, dan pembangunan berkelanjutan pada inti kebijakan, strategi, dan progam yang dilandaskan pada nilai-nilai dasar hak asasi manusia,” lanjutnya. Namun, program ini bukan hal yang baru, tetapi sayangnya jarang dilirik dan diimplementasikan.
Lebih lanjut, ia memaparkan beberapa manfaat dari perencanaan kota yang inklusif dan sehat, di antaranya adalah partisipasi dalam komunitas, pembangunan hunian terjangkau, membantu kota-kota berkembang, meningkatkan kualitas hidup, dan gaya hidup yang sehat.
“Untuk mewujudkan ini semua, dibutuhkan adanya kerjasama yang meliputi kolaborasi antar sektor, struktur yang formal maupun informal, dan partisipasi komunitas,” pungkasnya.
Hidayat Mahdi Pahany
