Komunitas Mahasiswa Bertani mengadakan Panen Raya Kedelai di Demonstrasi Farming Moncongloe, Maros. Kegiatan ini dihadiri oleh Dekan baru Fakultas pertanian Unhas, Prof Dr Ir Salengke MSc, dan Dekan Pertanian periode 2018-2022, Prof Dr Sc Agr Ir Baharuddin, Sabtu (19/3).
Program pengembangan komoditas kedelai Mahasiswa Bertani adalah program kolaborasi antara Kementerian Pertanian, Fakultas Pertanian Unhas, dan Komunitas Mahasiswa Bertani yang berupaya memberikan ruang bagi mahasiswa untuk berkolaborasi dalam melakukan usaha pertanian secara berkelompok dan lintas jurusan.
Pada kesempatannya, Baharuddin mengatakan Unhas memiliki lahan dengan luas 16,7 hektar yang terbagi-bagi, dan satu-satunya komoditas yang di subsidi penuh oleh pemerintah adalah kedelai guna mewujudkan swasembada. Ia menjelaskan bahwa kedelai pada umumnya dijadikan sebagai bahan pangan.
Baharuddin juga menyinggung terkait harga pasar impor kedelai yang tidak sesuai. “Pada pasar impor harga kedelai selalu dipermainkan, produksi kedelai di Indonesia saat ini masih menurun hingga 90 persen. Harga kedelai menta jauh dibawah standar, sehingga harus dilakukan pengolahan agar dapat meningkatkan nilai jual kedelai,” jelas Baharuddin.
Selanjutnya, Salengke pada kesempatan itu mengungkapkan bahwa produksi kedelai terbesar di dunia terdapat di negara Amerika dan brazil. Harga kedelai saat ini menjadi mahal karena 80 persen diolah menjadi bahan bakar, dan 20 persen diolah menjadi Sony Bean oil sehingga kebutuhkan untuk minyak goreng juga semakin meningkat.
“Pertanian ke depannya akan semakin berkembang karena selain sebagai kebutuhan pangan juga akan digunakan untuk kebutuhan energi. Ketahanan pangan kita harus bangun sendiri, kita tidak bisa lagi bergantung pada negara lain, apa yang kita lakukan di sini ini adalah awal yg baik,” pungkas Salengke.
Diakhir kesempatan, Salengke mengucap selamat kepada mahasiswa bertani karena telah menyelesaikan program ini, semua tahapan mulai dari persiapan dan pemanenan merupakan pembelajaran kedepannya.
A. Sri Sartika Shafira