Jumat, 12 Desember 2025
  • Login
No Result
View All Result
identitas
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah
No Result
View All Result
identitas
No Result
View All Result
Home Headline

Demi Adat dan Cinta: Kisah Nyata di Balik Jodoh 3 Bujang

1 Juli 2025
in Headline, Resensi
Poster film Jodoh 3 Bujang.

Poster film Jodoh 3 Bujang.

Editor Nurfikri

“Masalah waktu ji ini.” 

Begitulah kata andalan Fadly dalam film Jodoh 3 Bujang. Berlatar di kawasan timur Indonesia, tepatnya di Kota Makassar, film ini mengisahkan tiga pria lajang, di antaranya Fadly (Jourdy Pranata), Kifly (Christoffer Nelwan), dan Ahmad (Rey Bong). Mereka mendadak kelimpungan saat ayahnya, Mustapa (Arswendy Bening Swara), meminta ketiganya menikah dalam waktu bersamaan.

Bagaimana tidak bingung. sebagai pria Sulawesi, mereka harus menghadapi tradisi uang panai’ (uang mahar) yang menjadi tantangan utama dalam pernikahan adat Bugis-Makassar. Selain itu, prosesinya melibatkan berbagai tahapan, mulai dari lamaran hingga pesta pernikahan yang meriah dan sakral. 

BacaJuga

Etanol dalam Bahan Bakar, Aman atau Berisiko?

Menyelami Tradisi Gowok Melalui Perjalanan Hidup Nyi Sadikem

Kifly yang merupakan anak tengah, memulai langkah lebih dulu dengan melamar pacarnya, Karin (Barbie Arzetta). Hal ini memantik ide Mustapa untuk menggelar pernikahan kembar bagi ketiga anak lelakinya. 

Dengan tabungan 300 juta, Mustapa bertekad menanggung biaya pernikahan lengkap, termasuk uang panai’ ketiga bujangnya.

Fadly berpacaran dengan Nisa (Maizura), gadis asal Kabupaten Sengkang yang merupakan anak bungsu sekaligus satu-satunya perempuan di keluarganya. Sementara si bungsu, Ahmad berpacaran dengan Asha (Elsa Japasal) yang lahir dan besar di Jakarta tetapi berkuliah serta bekerja di Makassar. 

Namun, rencana mereka terguncang ketika orang tua Nisa tiba-tiba menjodohkannya dengan pria yang lebih mapan. Fadly pun terdesak waktu dan harus segera mencari pasangan baru, atau pasrah dijodohkan oleh orang tuanya.

Dalam pencarian pasangan, Fadly mengalami berbagai peristiwa lucu dan unik, mulai dari mencoba aplikasi kencan, bertemu penjual jalangkote, kenalan dengan orang yang punya kebiasaan buang angin sembarangan, hingga bertemu perempuan yang jauh lebih tua darinya. 

Di tengah keputusasaan, ia bertemu kembali dengan Rifa (Aisha Nurra Datau), teman kuliahnya yang kini melanjutkan S2. Rifa berasal dari keluarga Bugis Makassar yang moderat dan menjunjung  tinggi pendidikan.

Lagi dan lagi, tantangan baru muncul. Celetukan Bibi Surti (Musdalifah Basri), asisten rumah tangga Rifa soal uang panai’ seseorang yang sudah S2, anak tunggal, dan pernah umroh, itu minimal 3 miliar. Hal ini menggambarkan realitas budaya dan sosial yang harus dihadapi Fadly. 

Sebenarnya, Fadly telah memiliki rasa pada Rifa saat kuliah tetapi dia minder untuk mengungkapkannya karena status yang berbeda dan telah terpisah dengan jarak semenjak lulus. 

Ia hanyalah musisi lokal, jauh dari kriteria “3 M” itu. Di sisi lain, Nisa yang masih mencintainya bahkan mengajak Fadly “kawin lari” demi cinta. Dirinya diambang kebingungan, antara memilih jodoh dengan uang panai 3 miliar atau 300 juta. 

Cerita ini berkembang dalam balutan humor khas Makassar, tekanan adat, dan dinamika pencarian cinta sejati. Fadly juga dibantu oleh sahabat-sahabatnya, Ariping (Iwan Coy) dan Pierre (Zakaribo), serta sang mentor yang selalu siap memberinya nasihat, Malik (Nugie).

“Kuallengi Tallanga Na Toalia, lebih baik tenggelam daripada putar haluan,” ucap Malik.

Dengan durasi 1 jam 47 menit,  Jodoh 3 Bujang tampil sebagai tontonan yang segar dan sarat nilai budaya. 

Pemilihan lokasi syuting di Makassar seperti di Rektorat & Kampus Universitas Hasanuddin, depan Monumen Mandala, Pantai Losari, Pelabuhan Paotere, hingga tempat lainnya, memperkuat nuansa lokal dalam setiap adegan. 

Musik pengiring latar juga diisi oleh lagu-lagu populer seperti Seberapa Pantas (Sheila on 7), Celengan Rindu (Fiersa Besari), dan Bersamamu (Jaz) yang memperkuat emosi cerita. 

Selain mengangkat isu terkait uang panai’, film ini berhasil mengangkat film berdasarkan kisah nyata. Pernikahan kembar sudah biasa terjadi di Sulawesi. Nama asli dari kisah nyatanya juga Fadly, seorang pria asal Bulukumba. 

Ia bahkan menyampaikan, kalau cari jodoh untuk dinikahi itu susah, apalagi dalam waktu singkat. Bagi orang tua mereka, menikahkan anaknya adalah bentuk tanggung jawab dan harga diri. 

Disutradarai oleh Arfan Sabran, Jodoh 3 Bujang menyuguhkan kisah yang bukan hanya menghibur, tetapi juga menggugah. Film ini memadukan komedi romantis dengan refleksi sosial tentang bagaimana generasi muda menghadapi ekspektasi keluarga, nilai-nilai tradisi, serta tantangan modernitas. 

Dengan sentuhan sinematografi yang hangat serta nuansa budaya Sulawesi Selatan yang kental, film ini menyentuh sisi emosional penonton tanpa kehilangan unsur kocaknya.

Jodoh 3 Bujang bukan hanya sekadar tentang tiga pria mencari pasangan, tetapi juga perjalanan menemukan makna cinta, tanggung jawab, dan kekuatan keluarga. 

Film ini tayang di bioskop Indonesia mulai 26 Juni 2025 dan cocok ditonton semua kalangan, khususnya anak muda yang berada di persimpangan antara tradisi dan kebebasan memilih cinta.

Apakah Fadly akan memilih Rifa atau justru menerima perjodohan dari orang tuanya? Temukan jawabannya dengan menonton Jodoh 3 Bujang di bioskop terdekat Sobat iden!

Aliyah Fadhilah

Tags: Film MakassarJodoh 3 BujangResensi filmUnhas
ShareTweetSendShareShare
Previous Post

Mahasiswa Unhas Dominasi Juara Duta Bahasa Sulselbar 2025

Next Post

Infografis: KKN Kebangsaan Universitas Hasanuddin

TRENDING

Liputan Khusus

Ketika Kata Tak Sampai, Tembok Jadi Suara

Membaca Suara Mahasiswa dari Tembok

Eksibisionisme Hantui Ruang Belajar

Peran Kampus Cegah Eksibisionisme

Jantung Intelektual yang Termakan Usia

Di Balik Cerita Kehadiran Bank Unhas

ADVERTISEMENT
Tweets by @IdentitasUnhas
Ikuti kami di:
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube
  • Dailymotion
  • Disclaimer
  • Kirimkan Karyamu
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
© 2025 - identitas Unhas
Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah

Copyright © 2012 - 2024, identitas Unhas - by Rumah Host.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In