Yayasan Pustaka Obor Indonesia mengadakan diskusi Buku La Galigo Menurut Naskah NBG 188. Diskusi yang diadakan via Zoom Meeting dan siaran langsung kanal YouTube Pustaka Obor Indonesia ini berlangsung pada Kamis (03/12).
Diskusi ini menghadirkan penyunting Buku La Galigo, Prof Dr Nurhayati Rahman sebagai narasumber dan dipandu oleh Pegiat Literasi, Dhianita Kusuma Pertiwi.
Dhianita mengatakan bahwa naskah La Galigo yang tersusun atas 2851 halaman folio ini merupakan karya sastra terpanjang di dunia, melebih Epos Mahabarata. “Buku yang tersimpan di perpustakaan Universitas Leiden, Belanda ini tersusun atas 2851 halaman folio dari hasil salinan dan susunan Ratu Kerajaan Pancana pada pertengahan abad ke-19,” jabarnya.
Dalam kesempatannya, Nurhayati mengungkapkan bahwa pengerjaan Buku La Galigo berawal pada 1983-1984 saat ia sedang ingin menyelesaikan studi S1. Saat itu Nurhayati diberikan naskah oleh seorang Dosen Antropologi yang sama sekali tidak bisa ia baca.
“Saya beruntung, nenek saya yang seorang penembang jadi bisa membantu menerjemahkan. Selain itu saya juga otodidak dengan membaca naskah La Galigo yang tertulis dalam tulisan Lontara. Melalui itu semua saya bisa membaca naskah La Galigo,” jelas Guru Besar Filologi Universitas Hasanuddin tersebut.
Kemudian, setelah saat ia menempuh studi S3 di Belanda, Nurhayati kembali melanjutkan Buku La Galigo. Ia mendapatakan 19 naskah dengan ketebalan masing-masingnya berkisar 200-400 halaman. “Saya hampir frustasi karena harus membaca semuanya. Belum lagi saya saat itu hanya ibu rumah tangga yang belum pernah ke luar negeri,” ungkapnya.
Ia kemudian diberikan 1700 lembar naskah yang harus dicocokkan dengan naskah asli di Universitas Laiden. Diakuinya, bahwa pemindahan dari Aksara Lontara ke Latin semakin menyulitkannya karena harus diterjemahkan secara bahasa sastrawi.
Lebih lanjut, Ketua Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Kartini Nurdin mengungkapkan jika Buku La Galigo sudah diterbitkan sebanyak 3 jilid dan akan dibuat lagi lagi 9 jilid lainnya.
M113