Setelah seorang Paus meninggal dunia atau menyatakan pengunduran diri, Gereja Katolik Roma akan menyelenggarakan conclave atau konklaf, sebuah tradisi sakral yang menjadi bagian penting dalam memilih pemimpin baru umat Katolik sedunia.
Konklaf digelar secara tertutup di Vatikan, di mana para kardinal, pemimpin gereja dari seluruh dunia berusia di bawah 80 tahun dari seluruh dunia berkumpul untuk memilih Paus yang baru.
Proses pemilihan inilah menjadi inti cerita dalam film Conclave yang dirilis pada 25 Oktober 2024. Menariknya, film ini kembali mencuri perhatian publik setelah wafatnya Paus Fransiskus pada 21 April 2025.
Momen ini seolah mengingatkan banyak orang akan proses pemilihan Paus yang dalam film Conclave ditampilkan dengan begitu detail dan mengesankan.
Film ini berfokus pada tokoh Kardinal Thomas Lawrence (Ralph Fiennes), seorang pria jujur dan penuh integritas yang ditunjuk sebagai Dean of the College of Cardinals atau Dekan Konklaf. Ia memimpin jalannya konklaf yang penuh ketegangan, intrik, dan pergulatan moral dalam menentukan sosok pemimpin selanjutnya.
Film Conclave dimulai dengan kematian mendadak seorang Paus karena serangan jantung dan membuat tahta kepausan menjadi kosong. Hal itu membuat para kardinal, berkumpul untuk mengadakan konklaf.
Saat konklaf dimulai, berbagai konflik mulai bermunculan. Para kardinal terbagi menjadi dua kelompok besar. Ada kelompok liberal, dan juga kelompok konservatif. Perdebatan seru terus mewarnai film ini, namun tetap diimbangi dengan proses konklaf yang penuh dengan kesakralan.
Seorang calon hanya bisa terpilih sebagai Paus jika berhasil memperoleh setidaknya 75 suara. Dalam perjalanan proses tersebut, empat nama mencuat sebagai kandidat utama yaitu, Aldo Bellini, Joshua Adeyemi, Joseph Tremblay, dan Goffredo Tedesco.
Di tengah proses ini, Kardinal Lawrence dihadapkan dengan berbagai dinamika, termasuk isu-isu sensitif dan rumor yang beredar terkait para kandidat. Satu demi satu rahasia dan skandal mulai tersingkap, memperumit jalannya konklaf.
Aturan ketat dalam konklaf menciptakan ketegangan yang terjaga rapi. Tidak ada informasi yang boleh keluar atau masuk dari ruang pemilihan.
Meski awalnya Lawrence tidak berniat untuk menjadi detektif ala Poirot, rasa penasarannya tumbuh seiring potongan-potongan informasi yang ia dengar dari para kardinal lain.
Lama-kelamaan, Lawrence terdorong untuk mencari kebenaran dari sejumlah skandal yang muncul terkait para kandidat Paus. Dalam mencari kebenaran, peraturan Gereja Katolik dipertanyakan bahkan mulai dilanggar.
Lawrence diperhadapkan pilihan yang sulit, antara mengikuti aturan Gereja atau mencari kebaikan. Meski begitu, ia mendapatkan berbagai dukungan yang awalnya tidak diinginkan olehnya.
Konflik semakin memanas saat para kardinal beristirahat. Di tempat makan, salah satu suster membahas isu perselingkuhan yang melibatkan salah satu kandidat kuat.
Ketegangan pun terus meningkat. Semakin banyak kardinal yang menjadi target serangan. Puncaknya berada saat, sebuah kasus korupsi dan penyogokan bocor ke publik yang menambah kekacauan dalam proses pemilihan Paus.
Setelah melalui berbagai intrik politik dan aksi pengkhianatan di balik konklaf, para kardinal akhirnya menetapkan Benitez, seorang uskup asal Kabul, sebagai Paus yang baru. Ia dikenal sebagai sosok kandidat yang berusaha mengutamakan perdamaian antar agama.
Pada film ini, tahapan-tahapan konklaf digambarkan begitu rapi, mulai dari penguncian pintu Kapel Sistina hingga pemungutan suara oleh para kardinal. Film ini berhasil menghadirkan suasana yang tidak hanya dramatis, tetapi juga terasa dekat dengan realitas tradisi Vatikan.
Film Conclave merupakan adaptasi dari novel laris karya Robert Harris yang diterbitkan pada 2016. Berkat kekuatan cerita dan penyajian visual yang meyakinkan, Conclave mendapat apresiasi tinggi di ajang penghargaan bergengsi Oscar.
Dari delapan nominasi yang diraih, film ini berhasil memenangkan satu piala untuk kategori Best Adapted Screenplay pada 2025.
Film Conclave yang disutradarai Edward Berger, menghadirkan kisah fiksi yang kental dengan nuansa religius dan intrik politik. Meskipun diangkat dari novel fiksi, film ini menyuguhkan ketegangan yang terasa nyata, terutama dalam menggambarkan proses pemilihan Paus di balik tembok Vatikan.
Penonton diajak menyelami momen sakral dalam sebuah konklaf, pertemuan tertutup para kardinal untuk memilih pemimpin Gereja Katolik. Untuk menikmati alur ceritanya dibutuhkan perhatian dan konsentrasi, sebab film ini memadukan dialog dan sejumlah istilah-istilah dalam agama Katolik.
Ismail Basri
