Ruang Bicara Kreatif (Rubik) oleh UNFRMD berkolaborasi dengan Bocor Alus Politik Tempo dan Universitas Hasanuddin (Unhas) adakan Talkshow terkait “Ekonomi Restoratif”. Kegiatan berlangsung di Baruga Andi Pangerang Pettarani Unhas, Senin (15/09).
Talkshow menghadirkan Director of Social Bioeconomy Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Florentina Refani. Pada kesempatannya, ia menyatakan tujuan dari para pemilik ekonomi restoratif adalah membalutkan fungsi sosial juga ekonomis dan telah rusak dikarenakan implementasi ekonomi yang telah berakhir.
“Jadi, yang perlu dikenalkan di ekonomi restoratif itu bukan hanya merestore alam, tapi juga merestore ekosistem sosialnya,” tuturnya.
Menurutnya, hal yang perlu ditekankan dalam ekonomi restoratif yaitu pengelolaannya. Keadaan ini dapat dilihat jika basis high earning lebih berkelanjutan, maka seluruh pengawasan lahan di Indonesia dijadikan tambang Ugal Parami.
Namun hal tersebut akan menyentil warga di sekitar wilayah yang sekarang tengah menghadapi krisis lingkungan akibat ekspansi tambang.
Dalam sistem ekonomi restoratif, Flo mengungkapkan terdapat dua hal yang selalu dilupakan yaitu hijau dan hayati. Jika dilihat adanya sentralistik sehingga sistem Indonesia itu mencederai dan mengkhianati cita-cita reformasi, dan terkait reformasi 98 yang diharapkan hari ini adalah desentralisasi.
“Ini mengembalikkan kedaulatan-kedaulatan basis masyarakat yang lebih kecil sebenarnya,” gaungnya.
Perkara yang harus dikritisi dalam sistem ekonomi kreatif yaitu, masyarakat sebagai basis terkecil ekonomi tidak lagi dijadikan objek pasif dalam menjalankan pemerintahan institusi dari regulasi pusat.
“Dalam hal ini, perlunya intervensi yang baik dari pemerintah agar regulasi itu membuat rangkaian nilai itu bersifat wajib dan bukan finansial maupun fiskal,” ungkap Flo.
Masyita
