Badan Eksekutif Keluarga Mahasiswa Kehutanan Sylva Indonesia (BE Kemahut-SI) PC. Universitas Hasanuddin (Unhas) mengadakan Bazar dan Diskusi. Bertemakan “Analisis Gender dan Feminisme,” kegiatan berlangsung di Café Kopi Ngumpul BTN Asal Mula Blok E9 No 1, Sabtu (8/10).
Saat diwawancarai reporter identitas, salah satu pihak penyelenggara, Edi Wahyudi menyampaikan, kegiatan tersebut diadakan dalam rangka penunjang materil kegiatan Orientasi Pelatihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa (OPDKM) yang merupakan pengaderan tahap terakhir dalam Keluarga Mahasiswa Kehutanan Sylva Indonesia PC. Unhas.
“Kegiatan ini sekaligus memberikan pemahaman kepada para mahasiswa dalam menganalisis kesetaraan gender dan feminisme,” ujar Edi yang juga sebagai Koordinator Pengaderan, Sabtu (8/10).
Kegiatan yang menghadirkan pengurus BE Kemahut SI-Unhas, Nurhayati sebagai pemateri tersebut dihadiri sebanyak 76 orang. Terdiri dari ketua HMI Komisariat Kehutanan, alumni dan mahasiswa fakultas kehutanan dari berbagai angkatan.
Dalam kesempatannya, Nurhayati memaparkan beberapa hal penting terkait bentuk-bentuk manifestasi ketidakadilan gender, kesetaraan gender, tujuan feminisme, dan gerakan-gerakan feminisme. “Sesungguhnya gerakan feminisme bukanlah semata-mata untuk menyerang laki-laki. Tetapi merupakan gerakan perlawanan terhadap sistem yang tidak adil, serta citra patriarki bahwa perempuan itu pasif, tergantung, dan inferior,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Nurhayati menjelaskan, transformasi gender merupakan jalan menuju transformasi sosial yang lebih luas dan proses penghapusan atau penyingkiran segala bentuk ketidakadilan, penindasan, dominasi dan deskriminasi sebagai hubungan yang saling terkait. Meliputi hubungan ekonomi, sosial, kultural, ideologi, lingkungan dan termasuk didalamnya adalah hubungan antara laki-laki dan perempuan.
Salah satu peserta diskusi, Andi Halid mengatakan, tema diskusi tersebut menarik untuk dikaji saat ini. Menurutnya ini merupakan langkah taktis dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai kesetaraan gender.
“Tentu dengan cara memperbanyak edukasi di daerah-daerah yang lebih mendahulukan laki-laki daripada perempuan,” tutur mahasiswa Fakultas Kehutanan itu saat diwawancara, Sabtu (8/10).
Nathanael Sarakan