Kelompok Studi Seni Sastra dan Teater (Kosaster) Keluarga Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (KMFIB) Universitas Hasanuddin (Unhas) menggelar Diskusi Teori Kritik Sastra Feminisme di Pelataran Aula Prof Mattulada FIB Unhas, Selasa (04/06).
Kosaster menghadirkan pemantik dari mahasiswa Sastra Indonesia, yaitu Fatmawati Hamzading atau akrab disapa Em. Dalam diskusi itu, pandangan Simone De Beauvoir dijadikan sebagai rujukan dari kritik feminisme.
“Feminisme menurut saya kesetaraan, dalam artian apa yang didapatkan oleh laki laki juga bisa diperoleh oleh wanita. Jadi secara garis besar setara,” ungkap Em.
Ia menerangkan, teori femenisme berbeda dengan teori kritik sastra feminis karena cakupannya lebih luas. Teori kritik sastra feminis menerapkan teori feminis untuk menganalisis karya sastra guna mengidentifikasi bagaimana karya sastra merepresentasi perempuan.
Dalam diskusi muncul pertanyaan bahwa, “Apakah perempuan ada karena lahir atau apakah perempuan ada karena faktor kontruksi sosial?,” tanya seorang audiens.
Dengan merujuk pada Buku Simon, Em menjawab bahwa seseorang tidak dilahirkan begitu saja menjadi perempuan. Bukan suratan biologis, psikologis atau ekonomis yang menentukan perempuan hadir dalam masyarakat.
Peradaban sebagai satu kesatuanlah yang melahirkan mahkluk ini di tengah kejantanan dan himpotensi yang digambarkan sebagai feminim. “Secara biologis dia dilahirkan secara peremopuan, tetapi ketika dia tumbuh harus bertengkar dengan segala kontruksi sosial yang ada,” ujar Em.
Ismail Basri