Himpunan Mahasiswa Sastra Asia Barat (Himab) Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Hasanuddin (Unhas) mengadakan Bazar dan Diskusi Publik dengan tema, “Konflik Timur Tengah: Lagi-lagi Soal HAM?” di D’Original Cafe, Sabtu (8/10).
Hadir sebagai pemateri dosen Sastra Asia Barat, Supratman SS MA PHD, membahas mengenai sejarah HAM pada negara-negara Timur Tengah. Sejak dulu masalah HAM tidaklah menjadi perhatian.
Pada kesempatannya, Supratman menjelaskan tradisi timur tengah memiliki kepentingan yang unik untuk gagasan kesejahteraan manusia. “Hak asasi manusia menjadi pusat tantangan yang dihadapi masyarakat Timur Tengah,” ungkapnya.
“HAM yang disosialisasikan oleh pemikir Yahudi menjadi pemicu penolakan HAM di Timur Tengah ditambah adanya provokasi dari negara barat,” tutur Kepala Bagian Humas Unhas itu.
Kebebasan berekspresi tanpa batas menjadi pola pikir yang telah terbentuk sejak dulu menjadikan hal ini kebiasaan yang sulit untuk diubah di Timur Tengah.
“Fenomena konflik Irak Agustus ini bukan peristiwa baru, tetapi sudah dimulai beberapa tahun sebelumnya,” jelas Supratman
Kejadian pelanggaran HAM kerap kali terjadi berupa pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, penganiayaan, penghilangan paksa, dan perbuatan yang tidak manusiawi.
“Selain itu di Timur Tengah terjadi perang pemikiran antara pemikiran Barat yang sekuler dan pemikiran Islam,” ungkap Supratman.
Konsep pemikiran Timur Tengah sejatinya memiliki bentrokan dramatis pada Konsep Hak Asasi Manusia. Hal tersebut menjadi alasan banyaknya konflik HAM di negara Timur Tengah.
A. Nursayyidatul Lutfiah