Pusat Disabilitas (Pusdis) Unhas menggelar diskusi disabilitas dengan tema “Kesehatan dan Kesejahteraan Difabel”. Kegiatan berlangsung di Auditorium Lantai 2 Gedung EF Rumah Sakit Unhas, Sabtu (10/02).
Dimoderatori oleh Koordinator Layanan Pusdis Unhas, Novy NRA Mokobombang ST MsTM PhD, kegiatan menghadirkan Direktur Sahabat Sindroma Down Istimewa (SSDI), Andi Nur Fitri Balasong SS MIKom untuk memperkenalkan yayasan SSDI.
Fitri mengatakan, yayasan SSDI merupakan sebuah komunitas yang mewadahi anak-anak dengan disabilitas intelektual. Dalam undang-undang, disabilitas jenis ini terbagi atas 3 yaitu, tunagrahita, slow learner, dan down syndrome.
“Saya memiliki pengalaman dalam merawat anak dengan sindrom down dan tantangannya cukup besar, salah satunya saat mendaftarkan anak saya ke sekolah dasar. Sekolah tersebut menolak dengan alasan belum pernah mendidik anak down syndrome. Maka dari itu saya mendirikan komunitas ini,“ imbuhnya.
Lebih lanjut, Fitri menyampaikan beberapa pengamatannya di komunitas SSDI. Salah satunya banyak orang tua dengan anak disabilitas intelektual tidak terinformasi baik mengenai layanan jaminan kesehatan yang semestinya mereka dapatkan.
“Sebagian orang hanya mengetahui terkait pelayanan kuratif saja tetapi tidak dengan terapi. Oleh karena itu, saat membawa anak kita ke puskesmas atau rumah sakit perlu untuk diselidiki layanan apa saja yang harus didapatkan sebagai warga negara,” tuturnya.
Fitri menambahkan, dengan adanya komunitas seperti SSDI ini, dapat membantu pemerintah dalam mendapatkan data dan menyusun suatu kebijakan ataupun intervensi yang tepat.
“Saya pernah berbicara dengan salah satu teman tentang jenis disabilitas yang umum terjadi di lingkungannya dan ternyata banyak yang mengalami disabilitas mental. Namun, bantuan dari pemerintah berupa alat bantu dengar dan kursi roda, ini jelas tidak sesuai kebutuhan yang sebenarnya.”
Nurfikri