Dosen Departemen Arkeologi Universitas Hasanuddin (Unhas), Andi Muhammad Saiful SS MA, menghadiri diskusi publik terbuka bertemakan “Sentralisasi artefak: Solusi atau merusak data”. Kegiatan yang diinisiasi Aliansi Penjaga Jejak Peradaban sektor Makassar ini digelar secara daring melalui Zoom Meeting, Senin (01/09).
Dalam kesempatannya, Saiful menyampaikan pandangannya mengenai rencana sentralisasi artefak asal Sulawesi Selatan yang akan dipindahkan ke fasilitas pusat BRIN di Cibinong, Jawa Barat. Ia mengakui bahwa BRIN selama ini telah menjadi wadah pembelajaran penting, khususnya dalam mendukung kebutuhan pameran dengan koleksi yang beragam.
“Departemen Arkeologi dulunya menggunakan data BRIN sebagai media pendukung. Kadang kami membutuhkan temuan di luar kampus karena keterbatasan koleksi, sedangkan di BRIN temuan tersebut sudah terkurasi,” ungkapnya
Rencana pemindahan artefak ini menuai perdebatan di kalangan ahli, yang menilai bahwa temuan sebaiknya tetap disimpan di daerah asalnya. Menanggapi hal tersebut, Saiful menyoroti dua pertimbangan utama.
“Ketika semua temuan dikirim ke Cibinong, maka ruang belajar mahasiswa sudah tidak ada lagi di Kota Makassar,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa sentralisasi tidak akan merusak data. Akan tetapi, akses bagi mahasiswa maupun masyarakat sipil akan menjadi lebih sulit mengingat jarak antara Sulawesi dan Jawa yang memakan waktu cukup lama.
Di akhir penyampaiannya, Saiful berpesan agar keputusan tersebut dipertimbangkan sejalan dengan Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan dan Cagar Budaya yang berlaku. Saat ini, Aliansi Penjaga Jejak Peradaban juga tengah menggalang petisi terkait isu tersebut.
Andi Nadya Tenrisulung
