Dosen Teknik Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Dr Taufik Fajar Nugroho ST MSc hadir sebagai narasumber dalam Talkshow oleh Institute for Natural Resources, Energy, and Environmental Management (IREEM) bekerja sama dengan World Resources Institute (WRI) Indonesia. Kegiatan ini berlangsung di Aula Prof Syukur Abdullah Lt 3, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip), Universitas Hasanuddin (Unhas), Selasa (18/11).
Dalam kesempatannya, pria yang akrab disapa Fajar tersebut menjelaskan pentingnya memahami isu dekarbonisasi di sektor perairan dan maritim. Ia menekankan bahwa mahasiswa perlu melihat persoalan tersebut melalui perspektif multidisipliner agar relevan dengan konteks sosial dan lingkungan di Indonesia.
“Kalau ada konsep dasar yang belum dipahami, mohon disampaikan supaya bisa kita ulang bersama,” ujarnya dalam kegiatan bertema “Rising Tides, Rising Actions: Youth Leading Low-Carbon Coastal Resilience” tersebut.
Fajar kemudian memaparkan konsep dasar transportasi berkelanjutan yang menurutnya harus memenuhi kebutuhan mobilitas tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang. Ia memberi contoh konsumsi batu bara Indonesia yang dinilai tidak berkelanjutan karena menggerus sumber daya jauh lebih cepat daripada batas cadangannya.
Alumni Teknik Sistem Perkapalan ITS Surabaya tersebut menjelaskan, sistem pelayaran dan logistik laut yang efisien energi dan rendah emisi menjadi bagian penting dari transportasi berkelanjutan. Ia menyebut keberlanjutan mencakup tiga aspek utama meliputi lingkungan, ekonomi, dan sosial yang semuanya harus dijaga secara seimbang.
Menurutnya, Makassar memiliki posisi strategis sebagai hub utama Indonesia Timur, sehingga isu keberlanjutan transportasi laut menjadi semakin mendesak. Peningkatan aktivitas perdagangan dan logistik disebut berpotensi menaikkan konsumsi BBM jika tidak diantisipasi dengan teknologi dan kebijakan efisiensi energi.
Terakhir, Fajar menjelaskan emisi sektor transportasi menyumbang hampir sepertiga gas rumah kaca Indonesia. Sehingga upaya penurunannya menjadi bagian penting dari target nasional menuju puncak emisi 2030 dan net-zero 2060. Ia juga menyinggung berbagai alternatif energi seperti LNG, biofuel, dan hidrogen yang dinilai dapat mendukung transisi energi di sektor pelayaran.
“Aksi dekarbonisasi harus dimulai dari perubahan perilaku, efisiensi operasional, dan keberanian berinovasi,” tutupnya.
Fitriani Andini
