Himpunan Mahasiswa Sipil (HMS) Fakultas Teknik (FT) Universitas Hasanuddin (Unhas) mengadakan Seminar Internasional dengan pemateri dari Nanyang Technological University, Singapura, Dr Swati Sharma. Acara berlangsung di Lecture Theatre Room, CSA Building FT Unhas, Jum’at (14/07).
Dalam pemaparannya, Swati membahas mengenai ekonomi negara Asia Tenggara, salah satunya Indonesia. “Indonesia mendapatkan efek pada ekonominya saat Covid-19, namun mereka meningkat sejak 2021,” ucap Pengajar Sekolah Ilmu Sosial itu.
Ia menambahkan, pemenuhan energi pada masa depan akan semakin meningkat termasuk batu bara sebagai sumber energi yang paling banyak digunakan. Kebutuhan tersebut akan terus bertambah sejalan dengan meningkatkan jumlah masyarakat yang masih menggunakan akses listrik.
“60 juta orang tidak dapat mengakses listrik, namun kabar baiknya, 900 juta memiliki akses,” jelas Swati.
Swati pun menyarankan agar melakukan transisi energi batu bara yang menghasilkan emisi karbon menjadi energi yang lebih ramah lingkungan. Sebab jika tidak, akan terjadi pemanasan global yang berbahaya.
“Kita masih harus berkembang, tetapi kita harus berkembang secara bersih,” tuturnya.
Swati menjelaskan skenario net-zero yang dianggap tidak menyumbangkan kerusakan iklim. Konsep ini merupakan cara penurunan emisi karbon dengan menggunakan energi terbarukan.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan target beberapa negara-negara Asia yang telah ikut berkontribusi pada gerakan ini, seperti Thailand yang menargetkan penggunaan 50 persen energi terbarukan pada 2050, Singapura dengan transportasi dan energi yang terbarukan pada 2030, serta Indonesia sendiri yang merencanakan 100 persen energi terbarukan pada 2060.
“Itu adalah angka yang ambisius, tapi itu sangat baik,” kata Swati.
M. Jusuf Ibnu Judha