Langkah awal identifikasi bakteri metanotrof, guna mengetahui pengaruh mikroba ini terhadap tanaman padi.
Salah satu karbohidrat yang sering dikonsumsi masyarakat adalah beras. Umumnya, para petani menggunakan pupuk urea untuk menjaga produktivitas padi. Namun konsumsi urea secara terus-menerus dapat mengurangi kesuburan tanah hingga mengancam kelangsungan hidup mikroorganisme yang berada dalam tanah.
Dr Ir Asmiaty Sahur MP yang memiliki latar belakang agronomi konsentrasi mikroba melakukan penelitian menggunakan bakteri metanotrof untuk memperbaiki kualitas tanaman padi, apalagi pada masa pandemi ini, hasilnya dapat meningkatkan imunitas tubuh.
Tanaman padi dipilih sebagai objek riset dikarenakan dekat dengan masyarakat, yang merupakan makanan pokok. “Terlebih lagi metanotrof hanya bisa digunakan pada tanaman padi, karena bakteri ini temasuk dalam anti aerob. Sehingga tidak bisa untuk tanaman lain,” ucap Asmiaty.
Penelitian dosen Fakultas Pertanian ini dilakukan pada bulan juni 2020. Dimulai dengan pengambilan sampel di lahan sawah di Sidrap kemudian diisolasi, setelah mikrobanya muncul akan dilanjutkan ke tahap identifikasi. Proses isolasi dilakukan di laboratorium Biofertilizer di Fakultas Pertanian Unhas.
“Berhubung penelitian ini hanya berfokus pada identifikasi bakteri metanotrof, untuk pengaruh metanotrof untuk tanaman padi belum dibuktikan pastinya,” jelas Asmiaty.
Lebih lanjut, ia mengatakan penggunaan pupuk pada penelitian ini mengikuti pupuk NPK, selain mudah didapat, harganya pun lebih murah dibandingkan dengan urea. NPK berbentuk cair atau padat yang mengandung unsur hara utama nitrogen, fosfor, dan kalium,. Adapun dosisnya sekitar satu per dua atau satu per empat saja.
“Dengan penggunaan bakteri ini bisa membantu fiksasi nitrogen di udara sehingga penggunaan urea bisa dikurangi,” kata Asmiaty.
Bersama dengan dua dosen dan juga beberapa mahasiswa, mereka melakukan pengidentifikasiaan mikroba selama 8 bulan lamanya.
Selain itu, kendala jarak yang cukup jauh dari tempat pengambilan sampel mengakibatkan sulitnya untuk berkunjung setiap hari, sehingga hanya bisa melakukan kunjungan dua minggu sekali.
Di lapangan peneliti menghadapi kendala dari penyulaman hingga pergantian tanaman dilakukan akibat padi tidak tumbuh dengan baik. “Kemudian adanya keterlambatan dan pengurangan dana mengakibatkan terhambatnya proses penelitian”,jelas Asmiaty.
Adapun untuk penelitian selanjutnya akan dilakukan sekitar mei atau juni tahun 2021 mendatang yang berfokus kepada pengaplikasiannya. “Berhubung pada mei atau juni rencana pencairan dana, sehingga penelitian bisa dilanjutkan,” lanjut Asmiaty.
Asmiaty berharap bakteri metanotrof ini dapat memberikan manfaat dan bisa dijadikan bahan untuk riset berikutnya. “Rencananya apabila penelitian kedua selesai dan hasilnya memuaskan, ada kemungkinan untuk mengajukan proposal untuk dicoba di beberapa wilayah agar mendapatkan data yang mendukung dan menyakinkan para petani untuk menggunakan bakteri metanotrof,” tutupnya.
Marhama