Duta Besar Australia untuk Indonesia, Her Excellency (HE) Penny Williams untuk kedua kalinya berkunjung ke Universitas Hasanuddin (Unhas). Kunjungan Dubes Williams ke Unhas didampingi oleh Konsul Jenderal Australia di Makassar, Todd Dias, Kamis (05/09).
Dalam lawatan tersebut, Dubes Williams datang ke Pusat Disabilitas (Pusdis) Unhas dan bertemu mahasiswa difabel, agenda lalu dilanjutkan dengan pertemuan bersama sejumlah Alumni Australia di Unhas dan Makassar. Para alumni ini tergabung dalam organisasi bernama Ikatan Alumni Australia (Ikama).
“Kehadiran pusat disabilitas Unhas ini didorong oleh kerja sama Indonesia-Australia lewat Partnership for Australia Indonesia Research (PAIR). Waktu itu, peneliti Indonesia dan Australia melakukan riset agar kampus bisa ramah terhadap kalangan disabilitas,” kata Direktur AIC Unhas Lab, Dr Nana Saleh.
Selai Pusdis, Penny Williams beserta rombongan juga berkunjung ke Kantor Australia Indonesia Centre (AIC) @Unhas Lab, sebuah lembaga baru yang didirikan bersama oleh Unhas dan AIC yang diberi mandat untuk menyelenggarakan program riset PAIR.
Tahun ini, Indonesia dan Australia merayakan hubungan diplomatiknya ke-75 tahun. Hubungan kerja sama ini merupakan refleksi sejarah panjang antara Sulawesi Selatan dengan Australia Utara dari abad ke-17.
“Salah satu yang spesial antara Australia dan Sulsel adalah bagaimana beberapa kata bahasa Makassar yang digunakan oleh Suku Aborigin,” ujar Dubes Williams.
Rektor Unhas, Prof Dr Ir Jamaluddin Jompa MSc juga turut menegaskan pentingnya mempererat hubungan antara kedua negara yang bertetangga. Ia mengatakan, hubungan Indonesia dan Australia adalah hubungan bertetangga yang perlu terus diperbaiki dan ditingkatkan.
“Unhas sebagai universitas terbesar di Indonesia Timur yang dekat dengan Australia harus menjadi jembatan yang memfasilitasi kerja sama ini,” pungkasnya.
Rika Sartika