Program Doktor Ilmu Ekonomi Unhas bersama Ikatan Alumni Ilmu Ekonomi (IKAIE) Fakultas Ekonomi Dan Bisnis (FEB) Unhas, melalui aplikasi Zoom menggelar kuliah umum bertema Kerjasama Bilateral Bidang Ekonomi Republik Indonesia dan Kamboja, Selasa (14/07).
Dimoderatori Ketua Prodi S3 Doktor Ilmu Ekonomi juga Ketua IKAIE Unhas, Dr Anas Iswanto Anwar SE MA dan diikuti 140 peserta yang sebagian besar merupakan alumni FEB Unhas, termasuk Duta Besar RI untuk Kamboja, H.E. Sudirman Haseng, Dosen FEB Unhas sekaligus Direktur Eksekutif SDGs Center Unhas, Drs Muh Yusri Zamhuri MA PhD, Rektor Unhas periode 1989-1997, Prof Dr Basri Hasanuddin MA dan Dekan FEB, Prof Dr Abd. Rahman Kadir SE MSi CIPM.
Sudirman Haseng sebagai penanggap, memulai Kuliah Umum dengan memperkenalkan negara Kamboja tempat ia Bertugas jadi Duta. Salah satu pendapatan ekonomi pariwisata Kamboja kata Sudirman Haseng adalah Angkor Wat dan Thmey Market. “Tempat wisatanya sebenarnya sederhana, tetapi masyarakat Kamboja welcome ke turis, sehingga warga asing juga merasa aman dengan situasi yang ada. Menurut saya ini adalah salah satu cara bagaimana menarik wisatawan luar, dengan membiarkan mereka melakukan aktivitasnya tanpa terganggu,” jelasnya.
Alumni Ilmu Ekonomi Unhas angkatan 81 ini juga menjelaskan, negara Kamboja merupakan pesaing baru Indonesia untuk investasi asing. Hal ini didukung dengan perkembangan Kamboja dari pertumbuhan PDB yang meningkat sampai 7% berkat sektor pariwisata, garmen, infrastruktur dan sektor-sektor lainnya termasuk permintaan dalam negeri seperti minyak bumi mencapai 91%, barang elektronik 88%, dan kendaraan bermotor 19% berdasarkan pertumbuhan impor. Juga proporsi penduduk usia di atas 55 tahun hanya sebesar 10% membuat sebagain besar diisi oleh masyarakat usia produktif.
Duta Besar Indonesia untuk Kamboja pun menambahkan, terdapat hambatan yang dihadapi dalam kerjasama bilateral bidang ekonomi Indonesia-Kamboja antara lain minimnya minat pengusaha Indonesia, belum adanya direct shipping line antar negara, infrastruktur yang belum mendukung, dan termasuk persaingan negara tetangga Kamboja seperti Malaysia dan Singapura.
Kemudian pembahasan dilanjutkan penanggap kedua Muhammad Yusri Zamhuri, ia menjelaskan bila Indonesia dan Kamboja telah lama menjalin hubungan dekat dari segi hubungan sosial-budaya yaitu sejak abad ke-9. Untuk hubungan diplomatik sendiri, dikatakan Yusri kedua negara telah menandatangani perjanjian persahabatan di Jakarta pada 13 Februari 1959, kerjasama pertahanan dan keamanan dimulai sejak tahun 1970-an dan perjanjian visa gratis pada Juni 2010.
“Hubungan ekonomi kedua negara saat ini didominasi oleh perdagangan luar negeri, dengan neraca perdagangan selama lima tahun terakhir selalu menunjukkan surplus untuk Indonesia. Beberapa produk paling popular di Kamboja seperti barang konsumsi dan farmasi,” jelasnya.
Penanggap juga menambahkan, di masa pandemi ini, pertumbuhan ekonomi secara global mengalami gangguan. Di mana aktivitas perdagangan dunia turun sampai 13-32% dan FDI global diprediksi turun 30-40%. Serta 195 juta orang kehilangan pekerjaan dan 420-580 juta orang menjadi miskin. Termasuk di negara Indonesia, pertumbuhan ekonomi hanya 3%, FDI global diprediksi turun 30-40% dan 5,5 juta TKI terkena PHK ataupun dirumahkan.
M113