Mungkin tak semua mahasiswa tahu jika di kampus ada pusat konseling mahasiswa. Tempat ini untuk membantu mahasiswa yang ingin konsultasi mengenai masalah-masalah yang dihadapinya. Bisa mengenai masalah kampus, keluarga, atau persoalan lainnya.
Reporter Identitas, Khintan Jelita menemui Ketua Pusat Bimbingan Konseling (PBK) Unhas, Elvita Bellani di ruangannya. Elvita bercerita tentang kesehariannya menghadapi mahasiswa yang curhat, hingga tentang gaya berpakaiannya yang lebih nyaman memakai kets dan jeans.
Bisa diceritakan suka dukanya selama menjadi kepala bimbingan konseling?
Sukanya adalah ketika saya berhasil memberikan solusi atau menyelesaikan masalah yang dikeluhkan oleh klien atau mahasiswa yang datang ke kantor saya. Sedangkan dukanya ketika saya tidak berhasil menyelesaikan masalah mereka.
Dikalangan mahasiswa Anda dikenal sebagai dosen yang nyentrik. Nyentrik dari gaya pakaian. Apakah itu merupakan salah satu strategi agar mahasiswa merasa dekat dengan Anda dan lebih mudah untuk konseling?
Sebenarnya pakaian yang saya kenakan setiap kali saya ke kampus bergantung pada kenyamanan. Sebelum mengenakan sepatu kets seperti saat ini, saya pernah menggunakan sepatu high heels seperti dosen-dosen perempuan pada umumnya. Tetapi, karena biasanya saya mengajar di lantai tiga dan setiap harinya harus melewati tangga berpilin, maka saya memutuskan untuk mengubah gaya berpakain saya.
Jadi strategi apa yang biasa Anda terapkan saat menghadapi keluhan-keluhan mahasiswa?
Tidak ada strategi khusus yang saya terapkan saat menghadapi keluhan mahasiswa. Saya hanya menerapkan strategi-strategi yang telah saya pelajari sewaktu menjadi mahasiswa dan dosen. Sebenarnya, setiap mahasiswa yang datang dan mengeluhkan masalahnya ke saya bukan untuk diapa-apakan. Mereka hanya ingin didengar. Sehingga tugas saya adalah mendengarkan semua keluhan mereka. Setelah mereka mengeluarkan semua keluhannya dan menceritakannya ke saya, mereka akan merasa enakan dan lega.
Apakah ada pengalaman lucu saat menghadapi keluhan mahasiswa?
Yang lucu adalah ketika mahasiswa yang datang ke saya menceritakan keluhannya seakan masalah yang ia hadapi adalah masalah yang sangat besar. Tetapi bagi saya, yang sudah pernah merasakan dan melewati hal itu sebelumnya, masalah mereka bukan apa-apa. Toh, mereka juga pasti akan melewatinya.
Cerita atau keluhan mahasiswa seperti apa yang biasa Anda hadapi?
Yah, paling masalah sebagai mahasiswa pada umumnya. Seperti stress saat menurus skripsi, cerita tentang pacar, jurusan, dll.
Terkait cita-cita, emang dari kecil ibu mau jadi psikolog?
Saya tidak pernah memiliki cita-cita untuk menjadi dosen. Padahal ayah saya adalah seorang dosen. Namun, entah mengapa awalnya saya hanya coba-coba masuk dalam pekerjaan itu. Dan ternyata saya merasa nyaman melakuikan pekerjaan sebagai dosen. Ternyata menjadi dosen itu menyenangkan. Hal yang paling menyenangkan adalah melihat mahasiswa kita tumbuh.
Waktu kecil cita-citanya apa?
Saya lupa ingin menjadi apa sewaktu kecil. Soalnya, sewaktu masih kecil, cita-cita saya bergantung pada film yang saya tonton. Ketika saya menonton film tentang detektif, maka cita-cita saya ingin menjadi detektif. Kemudian, cita-cita itu tadi akan berubah ketika saya menonton film dengan cerita yang berbeda, begitu seterusnya.
Lalu, apa alasan Anda memilih untuk menekuni ilmu psikologi?
Bagi saya, psikologi itu menarik karena ia mempelajari tentang manusia. Dan saya sangat tertarik dengan manusia. Saya ingin mengetahui hal-hal yang membuat seseorang marah, senang, sedih, dsb. Dan menurut saya, ilmu yang dapat menjelaskan hal tersebut adalah psikologi.
Nah kalau terkait favorit nih bu, ada gak tokoh sikologi yang memotivasi ibu?
Untuk tokoh spesifik, tidak ada.
Film favorit Anda?
Thor, film-film avengers. Soalnya itu film terakhir yang saya nonton, jadi hanya itu yang saya ingat.
Reporter: Khintan Jelita