Dengan langkah terburu-buru, Hendri (bukan nama sebenarnya) datang memenuhi janji temunya dengan identitas, Sabtu (29/04). Pada Reporter identitas, Mahasiswa Fakultas Kehutanan itu mengeluhkan laporan praktikum yang masih ditulis tangan.
Sejak sepekan terakhir, Hendri mengaku tengah sibuk menyusun laporan praktikum untuk mata kuliah Keteknikan dan Pembukaan Wilayah Hutan dengan tulis tangan. Laporannya telah direvisi sebanyak dua kali namun tak kunjung diterima asisten laboratorium.
Sebelumnya, ketika kuliah luring dimulai, Hendri terkejut lantaran tidak menyangka laporannya akan ditulis tangan. Baginya, sistem penulisan laporan tersebut sudah ketinggalan. “Saat asistensi umum, saya tidak tahu kalau praktikum itu laporannya akan tulis tangan. Padahal kalau kita lihat sekarang sudah ada teknologi, dan itu yang seharusnya dimanfaatkan sebaik-baiknya,” ungkapnya.
Dibandingkan dengan dampak positif yang diperoleh, ada lebih banyak dampak negatif yang ditimbulkannya dari bentuk penulisan praktikum seperti itu. Hendri mengaku, selama mengerjakan laporan, ia dan teman-temannya seringkali begadang, bahkan tidak tidur demi menyelesaikannya tepat waktu. Sistem penulisan yang ada hanya membuat mahasiswa lelah.
Alih-alih memahami isi laporan, Hendri malah sulit fokus dan membuat tulisannya lebih buruk, terlebih dengan tenggat waktu pengerjaan yang hanya seminggu, tidak sebanding dengan kerumitan tugas. “Kalau dampak positifnya memang ada, tapi karena tenggat waktu yang diberikan hanya seminggu, dampak positifnya hilang menurut saya,” katanya.
Tidak hanya Hendri, RP, seorang Mahasiswa Biologi, juga kurang setuju dengan sistem penulisan laporan yang masih ditulis tangan. “Kita kewalahan menulis. Memicu mental breakdown karena dikejar acc sebelum masuk percobaan selanjutnya,” ungkap RP ketika dihubungi, Kamis (27/04).
RP juga mengungkapkan, jika laporan yang telah ditulis terdapat typo atau kesalahan tulis maka ia harus mengulang tulisannya dari awal. “Harus mengerjakan laporan secara perfeksionis. Kalau tidak bagus dan ada yang salah tulis, itu kan tidak diterima atau di-acc oleh asisten. Jadi otomatis dirobek,” ujarnya.
Tidak sampai di situ, ia juga mengaku, dirinya dan teman-temannya kadang memilih ‘menggadaikan’ SKS kuliahnya. Lebih mengutamakan pengerjaan laporan yang hanya mencakup satu SKS dibanding mengikuti perkuliahan.
Berbeda dengan kedua mahasiswa sebelumnya, Mahasiswa Teknik Geologi, NA, malah mendukung penuh sistem penulisan laporan yang ditulis tangan. “Saya sempat berpikir bahwa ini menjadi beban bagi mahasiswa. Namun setelah dipikir kembali, pengerjaan laporan dengan tulis tangan memang lebih menanamkan pemahaman kepada saya sendiri,” ungkap Mahasiswa angkatan 2021 itu, Rabu (26/04).
Penulisan laporan yang ditulis tangan sebenarnya bukan hal baru lagi pada mahasiswa. PK identitas Unhas mengonfirmasi pada setiap fakultas dan mendapati mayoritas fakultas dari bidang eksakta masih menerapkan metode ini.
Melalui beberapa keterangan, mahasiswa enggan untuk menyampaikan keluhan langsung ke dosen. Salah satu alasannya karena di fakultas mereka tulis tangan di setiap praktikum dianggap sebagai hal biasa.
“Para asisten telah menjelaskan metode ditulis tangan itu kemauan dosen sendiri. Oleh karena itu, bagi saya untuk mengajukan keluhan pada dosen tidak memungkinkan,” kata PP, mahasiswa Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP).
Mencegah tindakan plagiasi dan melatih otak
Asisten Lab Pembukaan Wilayah Hutan Fakultas Kehutanan, Mutmainna Samad, mengungkapkan alasan penulisan laporan praktikum ditulis tangan untuk menghindarkan mahasiswa dari tindakan menyalin tanpa memahami betul isi laporannya.
“Bisa punya teman dia yang langsung disalin baru diasistensikan. Kalau tulis tangan kan ada inisiatifnya untuk kerja. Bisa dibilang lebih produktif kerjanya,” kata Mutmainna.
Sementara itu, Asisten Lab Biologi Dasar FMIPA, AH, mengatakan sistem tulis tangan memang agak ketinggalan zaman. Sistem ini disebutnya agak kaku. “Harusnya perlu perubahan ke metode digital. Saya pribadi setuju metode ini kurang efektif,” katanya.
Tidak hanya Asisten Lab, dosen juga ikut merespons persoalan ini. Dosen Fakultas Kehutanan, Dr Ir Syamsu Rijal SHut MSi IPU, mengatakan ada banyak keuntungan yang didapat dari laporan praktikum yang ditulis tangan. Menurutnya, menulis tangan dapat melatih aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Dari sisi kognitif dan psikomotorik, mahasiswa dilatih untuk terbiasa berpikir kritis dan mendapatkan solusi dari sebuah permasalahan. Selain itu, cara ini efektif untuk melihat sejauh mana mahasiswa dapat mempertanggungjawabkan tugas yang diberikan kepadanya.
“Proses pengulangan pada pengerjaan laporan menyebabkan paling tidak ada 20-30 persen materi ditangkap oleh otak,” tuturnya.
Pria yang akrab disapa sebagai Pak Jay ini juga tidak menampik bahwa banyak mahasiswa yang mengeluh kepadanya. Namun, menurutnya hal itu merupakan bagian proses belajar yang biasa dan kelak akan sangat bermanfaat bagi mahasiswa.
Sejalan dengan itu, Dosen Mikrobiologi Laut FIKP, Dr Ir Arniati Massinai MSi, menuturkan bahwa bukan laporan yang membuat mahasiswa merasa terbebani, tetapi mahasiswa yang tidak dapat membagi waktu dan menentukan skala prioritas.
“Untuk mahasiswa, saya kira ini tugas utamanya akademik. Jadi tolong jangan terlalu banyak mengeluh dan bagi waktu sesuai dengan skala prioritas,” katanya, (08/05).
Di lain pihak, Dosen FMIPA, Drs Munif Said Hassan MS, lebih memilih untuk meminimalisir penerapan laporan berbasis tulis tangan untuk mahasiswa. Munif memperhitungkan bahwa banyak dosen lain yang ikut memberikan tugas untuk mahasiswa dalam satu kesempatan yang sama.
“Dosen itu sekarang harusnya ikut bersaing dengan teknologi. Jadi saya tidak setuju jika mahasiswa disuruh tulis tangan, cuman sekali-kali boleh yang tugas-tugas pendek begitu,” katanya, Selasa (09/05).
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Unhas, Prof drg Muhammad Ruslin, turut mengamini bahwa metode pembelajaran dengan menulis laporan praktikum memang kurang efektif dan perlu pengkajian ulang. Dosen disebutnya harus lebih kreatif.
“Sebenarnya metode itu harus dikaji sesuai dengan tujuannya. Kalau hanya untuk mengetahui, bisa disuruh hafal dan bacakan, atau sekali-kali ditanya langsung,” ucap Ruslin, Senin (01/05).
Ia berharap. ke depannya ada modifikasi terhadap sistem pembelajaran yang dikembangkan untuk dosen sehingga kesannya dapat lebih interaktif dan bermanfaat bagi mahasiswa.
Sistem penulisan laporan praktikum dengan metode tulis tangan memang masih banyak diperdebatkan oleh beberapa pihak, baik dari kalangan mahasiswa maupun sesama dosen. Setiap pihak tentu memiliki alasan kuatnya masing-masing. Namun, apa yang harus diperhatikan ialah apakah saat ini metode tersebut masih efektif dan efisien digunakan dalam proses belajar dan mengajar? Jika ada metode yang lebih baik, mengapa tidak? Mahasiswa, dosen, terlebih lagi pihak kampus harus memikirkan dan menyiapkan hal tersebut.
ZPT, MYB, dan MAR.