Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin (Unhas) mengadakan Workshop Menulis Publikasi Ilmiah dalam rangka merayakan Dies Natalis Fakultas Farmasi Unhas ke-14 melalui Zoom Meeting, Jumat (12/11).
Kegiatan ini menghadirkan Researcher Apt, Andi Dian Permana Si MSi PhD sebagai narasumber materi How to Find Research Gap?.
Dalam kesempatannya, Dian mengatakan Research Gap merupakan alasan utama dari sebuah penelitian yang berhubungan dengan keunikan dan kefokusan penelitian. Research gap akan mengarahkan peneliti kepada research question.
Selain itu, research gap mencegah revisi mayor atau penolakan dari jurnal karena topik yang terlalu luas atau tidak fokus, masalah dan research question yang tidak jelas, sumber data yang tidak sesuai, dan disorganized.
“Jika dianggap penelitian sebagai tumbuhan, maka research gap merupakan akarnya,” ucap Dian.
Lebih lanjut, Dian menganjurkan penelitian harus selalu diawali dengan sebuah research gap yang berkaitan dengan beberapa pertanyaan seperti apa topik penelitian? apa ide utama? apa kekurangan dan kelebihan dari penelitian sebelumnya? dan apa kontribusi penelitian anda?.
“Jika pertanyaan-pertanyaan tersebut belum dapat anda jawab, maka silahkan kembali ke laptop dan baca kembali, serta diskusikan dengan peneliti-peneliti lain,” jelas Dosen bidang Farmasetika itu.
Menurutnya tantangan dalam menentukan research gap karena terlalu banyak informasi yang beredar, kesulitan dalam menyusun informasi, dan keraguan dalam memberikan komentar terhadap penelitian sebelumnya.
Dian juga bercerita bahwa umumnya peneliti sering melakukan kesalahan dalam penyajian research gap seperti kurangnya bahan bacaan, memberikan statement yang belum ada penelitian sebelumnya, tidak memberikan kredit pada penelitian sebelumnya, dan kurangnya kemampuan academic writting.
“Proses mengidentifikasi research gap membutuhkan waktu dan buatlah daftar dari semua pertanyaan terkait topik penelitian,” ungkap Dian.
Ia juga menambahkan bahwa Indonesia memliki banyak kekurangan terkait penelitian baik fasilitas laboratorium dan skill para peneliti.
“Tidak semua laboratorium punya alat yang mahal dan bagus, tetapi peneliti dapat menggunakan alat sederhana dengan dapat membuktikan keakuratan alat tersebut,” ungkap Dian.
Muhammad Akram